Pages - Menu

Rabu, 07 Desember 2016

" Cara Pikir Ular " - Pasangan Sepadan 1 | Ayin Zayin 5777


 

Kira-kira pukul dua pagi beberapa tahun lalu, seorang gadis cantik yang sedang menginap di rumah saya mengetuk pintu kamar saya. Ia baru pulang dari kencang dan ingin bicara dengan saya. Duduk di tepi ranjang, dia mengatakan keinginannya untuk menikahi seorang pria yang tampan dan kaya. Ini bukan pria yang baru ia kencani. Pria yang ia kencani cukup baik – seorang Kristen, tampan, menarik, “cukup keren,” tetapi tidak kaya.

            “Apa yang paling kau inginkan lebih dari segalanya dalam hidup?” tanya saya. “Pilihan TUHAN atau pilihanmu sendiri?”

            “Pilihan TUHAN, tentu saja.”

            “Bagaimana jika DIA memilihkan bagimu seorang laki-laki yang miskin dan sederhana?”

            “Oh, tetapi DIA tidak akan melakukannya!”

            “Mengapa tidak?”

            “Karena DIA mengasihi saya.”

            “Oh, begitu. Berarti DIA akan memberikan laki-laki miskin dan sederhana kepada perempuan yang tidak DIA kasihi?”

            “Tetapi...”

            “Atau, pikirkan ini, apakah DIA mengasihi laki-laki yang miskin dan sederhana ini? Jika demikian, akankah DIA memberikan kepada laki-laki ini perempuan yang buruk rupa? Atau akankah DIA memberikan yang cantik?”

            “Oh, tolonglah...”

            “Kau mengatakan kau menginginkan pilihan TUHAN, Jane, dan pilihan TUHAN melibatkan rencana-NYA bagi seluruh semesta – seluruh atom, seluruh dunia, seluruh manusia, cantik dan buruk rupa, kaya dan miskin. DIA merancang sebuah pola yang rumit untuk kebaikan, dan sebagian dari pola itu mungkin berarti memberikan seseorang gadis yang cantik untuk laki-laki yang sederhana. Mungkin seorang laki-laki yang tidak memiliki uang atau tampan sedang berdoa kepada TUHAN untuk memberikanmu kepadanya. Bagaimana?”

            “Ini terlalu rumit bagi saya. Saya sudah berdoa untuk kehendak-NYA, dan saya berdoa untuk suami yang kaya dan tampan, dan itulah yang akan saya dapatkan karena YESUS mengasihi saya dan YESUS ingin saya bahagia.”

            “Jadi jika kau tidak mendapatkannya, apakah itu membuktikan bahwa TUHAN tidak mengasihimu?”

            Mata yang biru itu dipenuhi air mata. “Tidakkah DIA ingin saya bahagia?” (Saya mendengar gaung suara Hawa di Taman Eden.)

            “Yang paling DIA inginkan adalah supaya kau menjadi kudus.”

            Kalau begitu berwajah muram dan sedih. Itukah yang TUHAN inginkan? Apakah itu artinya kudus?”

            “Tidak, tidak harus seperti itu. Bahkan tidak bisa seperti itu. Kekudusan yang sejati tidak mungkin berwajah muram dan sedih, Jane. Kekudusan berarti ‘keutuhan,’ Akar katanya sama dengan kuat – kau tahu, kuat dan besar. Sehat. Puas.”

            “Itu artinya bahagia, kan?”

            “Iya. Masalahnya muncul ketika kita memutuskan apa yang akan membahagiakan kita. Jika kita tidak mendapatkan seperti yang kita inginkan, maka TUHAN tidak mencintai kita. Kita merayap dalam rawa ‘mengasihani diri karena TUHAN membenci saya’.”

            Tetapi Anda baru saja mengatkan DIA ingin kita bahagia. DIA pasti ingi memberikan apa yang kita inginkan, bukan? Maksud saya, pemberian yang beralasan.”

            “DIA ingin Adam dan Hawa bahagia tetapi DIA tidak mau memberikan segala yang mereka inginkan. DIA tahu itu akan menjadi kematian bagi mereka. Maka mereka marah dan memutuskan bahwa TUHAN tidak mencintai mereka dan pelit ketika DIA memberi tahu mereka untuk tidak menyentuh buah itu. Bagaimana mungkin DIA mengasihi mereka jika DIA tidak membiarkan mereka memiliki buah itu? Mereka lebih mempercayai cara pikir ular daripada TUHAN.”

            Secarik kertas diberikan kepada saya di sebuah seminar, dan pertanyaan ini tertulis di atasnya: “Apakah yang Anda lakukan ketika Anda merasa Anda telah mencapai satu titik di mana status membujang Anda tampaknya tidak lagi cukup untuk Anda bisa mengalami pertumbuhan pribadi yang mendalam? Berapa lama Anda akan bertahan?”

            Untung saya tidak sedang berada di mimbar ketika pertanyaan itu tiba. Saya mungkin terbahak-bahak. Timbul keinginan untuk memberikan jawaban iseng: “Tiga hari lagi, Anda keluar ke jalan dan minta seseorang menikahi Anda, atau gantung diri Anda.”

            Tetapi tentu saja hal itu tidak saya katakan. Hal yang terpenting dari pertanyaan itu adalah frase “tidak lagi cukup untuk Anda bisa mengalami pertumbuhan pribadi yang mendalam.” Apakah itu arti membujang? Apakah berarti dalam pernikahan dan hanya untuk perkawinan merupakan status yang mencukupi untuk pertumbuhan pribadi yang mendalam? Lalu bagaimana YESUS bisa melewatinya sebagai seorang bujangan?

            Saya kuatir ular telah berbicara kepada orang tersebut. Ia mengendap-endap dan berbisik, “TUHAN itu kikir. DIA menggantungkan buah yang indah, yang disebut pernikahan, di hadapan matamu dan tidak membiarkanmu memilikinya. DIA tidak memberikan satu-satunya yang engkau butuhkan untuk pertumbuhan pribadi yang mendalam, satu-satunya hal di seluruh dunia yang akan menyelesaikan seluruh masalahmu dan yang membuatmu bahagia.”

Passion and Purity, Bab 6 – Cara Pikir Ular | Elisabeth Elliot, 1984
~ To be Continue ~


~ Pilihanmu jatuh pada Cara Pikir Ular atau Cara Pikir TUHAN? ~




Tidak ada komentar:

Posting Komentar