Kesaksian
Elsa ‘El Shaddai M.P’
Prolog :
Siang ini saya merasa apa yang harus saya lakukan beberapa hari
yang lalu harus saya kerjakan hari ini juga, ya yang harus saya kerjakan adalah
membagikan kesaksian adik kecil Elsa yang sudah menyelesaikan Destinynya dengan
kuat. Dimana kesaksian ini saya ambil dari buku “Simple Faith – Great Faith”
yang saya dapat waktu KKR Bahtera TOV beberapa bulan lalu di Holy Stadium.
Ketika awal saya baca kisah ini saya bisa menangis, terharu begitu rupa bahkan
ketika selanjutnya saya baca ulang lagi saya semakin terharu dan terharu dengan
kisah hidup Elsa, entah kenapa seperti begitu dekat dengan dia dan merasakan
suka-duka yang dia lalui selama di bumi. Bahkan ketika saya ketik kisah ini
mata saya terus berkaca-kaca dan saya sebisa tahan untuk tidak menangis karena
saya tahu saya harus selesaikan ini tepat waktu. Dan biar kesaksian Elsa di
tanga TUHAN lewat Pak Edy dan Bu Aning ini memberikan Rhema yang kuat buat
setiap kita, serap yang dari TUHAN, terima yang utuh. Biarkan ROH KUDUS
menguasaimu ketika engkau baca kisah Elsa gadis cilik atau bisa saya sebut bayi
yang luar biasa. Selamat menikmati manisnya pekerjaanNYA dalam hidup Elsa,
TUHAN YESUS memberkati.
Salam,
Joseph Raphael Prima
Kesaksian Elsa:
Kami melayani di Departemen Sosial setiap hari Sabtu dan suatu saat
ada petugas yang datang ke Rumah Shalom dan diterima oleh suami saya. Mereka
ingin menyerahkan bayi dari seorang Ibu yang direhab di Depsos, kondisi ibu ini
tidak sehat mentalnya jadi tidak tahu siapa yang telah menghamilinya. Waktu
kami melayani di Depsos, saya sempat menanyakan anak yang baru dilahirkan ibu
tersebut ada dimana? Kemudian dijawab kalau anaknya dirawat di panti asuhan
pemerintah di Salatiga. Dalam perkembangannya staf Depsos menyerahkan bayi ini
ke Rumah Shalom. Ketika menyerahkan mereka berkata, “Sebelumnya kami minta maaf
karena kondisi bayi ini tidak baik.”
“Memang apa
yang terjadi?” Kami bertanya dengan penasaran. Ketika bayi itu diantar dan kami
lihat rupanya dia menderita sakit Hydrosipholus yaitu kepalanya yang membesar. Dari
hasil rontgen diketahui di dalam otak bayi ini penuh dengan cairan.
Seorang Ibu
dari Depsos bertanya, “Dengan kondisi seperti ini apakah bersedia menerima bayi
ini? Karena kami bisa memakluminya seandainya ditolak oleh Rumah Shalom. Karena
sebetulnya anak ini sudah ditolak di tempat-tempat lain.”
Pada waktu
itu kami berdoa dan TUHAN berkata dengan jelas, “Terima anak ini.” Kemudian
kami menerima bayi itu dan staf Depsos itu berkata lagi, “Bayi ini berusia 2
bulan dan dokter akan mengoperasinya dulu karena di dalam otaknya penuh cairan.”
Pak Edy,
suami saya bertanya, “Apakah kalau dioperasi hasilnya akan menjadi baik?”
“O ya sama
saja hasilnya”, jawab petugas Depsos.
“Kalau begitu
tidak usah saja ya dan kami akan konsultasi dengan dokter yang melayani di
Rumah Shalom dan kita tunggu setelah berusia satu tahun, kita lihat
perkembangannya”, jawab kami.
“Tapi nanti
kalau usianya sudah 6 bulan maka bayi ini akan pulang”, kata orang Depsos.
Kami
penasaran dan bertanya, “Akan pulang kemana?” Karena kami pikir akan diambil
keluarganya atau bagaimana.
Dia menjawab
bahwa bayi itu akan pulang ke Sorga karena sudah divonis dokter usianya hanya
bisa bertahan sampai 6 bulan. Kami langsung menjawab, “Bu, kami akan tetap
menerima anak ini karena ada kuasa TUHAN yang sanggup membuat mujizat untuk
menyembuhkan.”
Kemudian kami
merawat bayi itu dan kami beri nama ‘ El Shaddai Medeleine Prasetyowati ‘
karena kami berharap Allah yang maha kuasa akan memberkati Medeleine sebagai
menara yang teguh, kami memanggilnya dengan nama Elsa dan masuk bulan ketiga
Elsa bertumbuh, kepalanya tidak menjadi besar sekali tapi satu matanya tidak
bisa melek. Kami tunggu sampai 4 bulan kemudian 5 bulan dan matanya yang satu
tetap tidak bisa terbuka.
Suatu hari
ketikakebaktian hari minggu di JKI Injil Kerajaan hadirat TUHAN sedang kuat
sekali maka saya gendong Elsa dan saya bawa ke Pak Agung supaya didoakan. Saya
berkata, ”Pak tolong anak saya didoakan, tolong Pak karena matanya yang satu
tidak bisa melek.”
Kemudian Pak
Agung berdoa, “Dalam nama TUHAN YESUS mata anak ini melek.” Seketika itu juga
saya kaget karena mata Elsa melek dan saya memuji TUHAN karena mujizatNYA
sungguh nyata.
Besoknya
ketika ada training bible school IMPACT di Holy Stadium dan guru pengajarnya
seorang yang berkarunia kesembuhan, saya bawa lagi Elsa supaya kesembuhan
matanya bisa sempurna karena matanya terbukanya belum lebar sekali, maka dia
berdoa, “Semua syaraf otak, sendi, otot berfungsi normal dalam nama TUHAN
YESUS.” Puji TUHAN anak saya sembuh dan matanya bisa terbuka lebar dan
kepalanya tidak membesar.
Ketika Elsa
berusia 8 bulan, pada satu malam pengasuhnya sudah tidur karena kecapaian, saat
itu saya baru pulang dari doa persiapan Red Carpet ke Afrika. Ketika saya
memberikan susu ke Elsa dengan botol, saya melihat bahwa dari mulut dan lubang
hidungnya keluar cairan. Kami tidak berprasangka apapun karena waktu berdoa
tidak ada pesan yang kuat, maka kami berkata, “Nak, kamu akan sembuh ya dan
bisa lebih enak.”
Cairan yang
keluar dari mulut dan hidungnya bisa keluar dan bisa miring ke kanan da ke kiri
dengan leluasa. Sampai suatu hari Staf pengasuh Rumah Shalom yang merawatnya
berkata, “Mami, ini Elsa tidak bisa makan.” Maka saya bilang, “Coba minumnya
susu pakai dot yang ada sendoknya jadi pelan-pelan saja. Kalau memberinya minum
susu dengan sabar.”
Kemudian saya
membelikan botol susu yang ada sendoknya. Setiap hari saya suapi perlahan. Seperti
biasa dokter berkunjung ke Rumah Shalom dan ketika melihat kondisi Elsa maka
minta kami segera membawa Elsa ke rumah sakit karena kondisinya pucat. Sesampainya
di rumah sakit, Elsa diharuskan masuk ke ruang PICU dan pengasuhnya tidak boleh
menunggunya.
Setelah diurus
semua maka kami pulang dan besoknya kami membesuk Elsa. Hari itu kami dilarang
masuk oleh suster penjaganya. Saya sempat memohon sampai debat dengan susternya
supaya diijinkan melihat Elsa tapi suster bersikukuh menunggu dokter datang,
dengan sedih kami pulang dan di tengah jalan bertemu dengan dokter yang
merawatnya dan dokter menginformasikan bahwa kesehatan Elsa telah membaik dan
tidak usah kuatir. Sesampainya saya di kantor, saya terima telepon kalau Elsa
telah pulang ke rumah BAPA di Sorga.
Ketika saya
mendengar kabar kepulangan Elsa, hati saya sangat terpukul dan saya menangis
menjerit sekencang-kencangnya. Saya kecewa karena tadi sudah menengok tapi
tidak boleh ketemu Elsa oleh susternya. Ketika itu suami saya sedang pergi
dalam rangka Red Carpet sehingga saya merasa sedih sekali hanya bisa bbm
dengannya. Suami saya berkali-kali menanyakan bagaimana keadaan Elsa karena
lampu dikamarnya berkali-kali mati, dia menyarankan saya untuk segera cek ke
rumah sakit.
Kemudian kami
ke rumah sakit dan teman yang menemani menghibur saya, “Ini sudah yang terbaik
untuk Elsa, karena TUHAN tahu yang terbaik untuk anakNYA. Jadi nanti di rumah
sakit jangan menangis ya karena saya tahu kalau Ibu sayang sekali dengan Elsa
sebab setiap hari Ibu gendong dan susi.” Memang Elsa tidak lahir dari rahim
saya, tapi sudah pakai nama saya dan menjadi anak saya jadi saya merasa sangat
kehilangan.
Sesampainya
di rumah sakit, saya tidak bisa menahan kesedihan dan saya menangis terus. Ketika
Elsa ditutup kain putih, saya diberi penglihatan oleh TUHAN. saya melihat Elsa
berusia 5 tahun dan sedang menari dengan berpakaian putih dan terlihat cantik
sekali. Saya berkata, “Elsa, kamu terlihat sudah besar?”
Elsa menjawab
sambil menari, “Ya Mami, Elsa sudah besar dan Mami tidak usah sedih.”
“Elsa kog
sudah besar, padahal usiamu kan baru 8 bulan?, saya bertanya kepadanya.
“Ya Mami
usiaku 5 tahun, Mami tidak usah bersedih karena aku sudah senang,” jawabnya
sambil menyanyi dan menari dengan barbaju putih yang indah sekali.
Ketika petugas rumah sakit mendorong jenasah Elsa ke kamar mayat
dan teman saya mengurus surat-surat, saya menangis lagi dan Elsa datang lagi
dan berkata, “Mami terima kasih ya, aku sembuh sekarang. Aku sekarang menari
bersama TUHAN.” saya melihat baju Elsa cantik sekali dan saya menggendong Elsa untuk
saya bawa pulang. Dalam perjalanan pulang saya terus memuji TUHAN dan saya
melihat Elsa terus menari.
Pada waktu
upacara penguburan, Elsa berkata, “Mami, terima kasih ya karena Elsa sudah
ditolak oleh semua panti asuhan karena aku cacat, tapi Mami mau menerima Elsa,
terima kasih untuk semua yang telah Mami berikan, jangan sedih ya Mami.” Saya
menangis dan saya rasakan hadirat TUHAN.
Kemudia saya
bertanya, “Elsa kenapa kamu tidak pakai mahkota, karena yang lain pakai
mahkota?”
“Ya Ma karena
aku belum bekerja bagi TUHAN. Aku Cuma duduk doa setiap pagi, aku dibawa
pengasuhku datang duduk menyembah dan berdoa”, kata Elsa.
Saya kaget
dan saya lega. Kemudian selesai acara penguburan saya masuk kamar, saya tutup
pintu dan berdoa, ”TUHAN mengapa ENGKAU panggil Elsa padahal namanya aku beri
nama El Shaddai dan ENGKAU Maha Kuasa dan ENGKAU tahu bahwa aku mengasihi Elsa,
ENGKAU kan sanggup menyembuhkan?”
TUHAN
berkata, “Ini yang terbaik untuk anakmu, karena kalau dia sudah besar belum
tentu normal dan otaknya telah dirusak oleh si jahat, dan anakmu usia 8 bulan
tapi di sini usianya 5 tahun karena setiap pagi dibawa pengasuh datang
menyembah AKU. Memang kamu berpikir itu cuma bayi yang ikut duduk sedangkan
kakak-kakaknya menyembah AKU, tapi rohnya menangkap jadi kamu tidak boleh sedih
dan menangis. Anakmu belum dapat mahkota karena belum bekerja dan sekarang kamu
sampaikan kepada anak-anakKU supaya mereka bekerja bagi KRISTUS.”
Sebenarnya kami tidak menerima sumbangan, tapi oleh panitia rumah
duka disediakan peti sumbangan. Staf Depsos datang dan melihat bagaimana kami
melayani Elsa dengan sungguh-sungguh, sehingga mereka berterimakasih dan
menghargai kami. Rupanya ada sumbangan buat Elsa, biarpun tidak banyak di dalam
kotak itu. Kemudian saya berdoa tanya TUHAN dan TUHA berkata, “Elsa belum
bekerja untuk AKU, biarkan dia juga ikut ke Afrika.”
“Caranya bagaimana TUHAN?”, tanya saya.
“Dengan uang itu buatkan bando, sebagai lambang mahkota dan anak
ini ikut menabur dan AKU hitung semua di Sorga”, kata TUHAN.
Uang sumbangan saya belikan pita untuk dibuat
bando dan saya bawa ke Afrika, saya titipkan kepada siapa saja yang berangkat
ke Afrika. Mungkin orang berpikir itu bando sederhana karya anak Rumah Shalom,
tapi dibalik itu setiap kali saya melihat bando itu maka saya diingatkan untuk
bekerja bagi KRISTUS. Banyak orang berkata kenapa pelayanan, untuk apa
pelayanan, banyak orang mengomel mengapa sibuk hingga capai di gereja. Banyak anak
TUHAN tidak tahan dalam pelayanan, mengeluh tentang pelayanan, bahkan
menyalahgunakan pelayanan, mengambil untung dari setiap pelayanan itu.
Dari pengalaman Elsa, hidup kita semua dicatat oleh TUHAN, sikap
hati ketika melayani pekerjaan TUHAN, apapun dicatat TUHAN, jerih payah kita
dicatat TUHAN. Setiap air mata kita yang menangisi jiwa-jiwa dicatat dan itu
membuat mahkota kita semakin bersinar dan indah karena ditambahi batu permata. Memang
dalam pelayanan banyak tantangan, tapi itu tidak sebanding dengan kemuliaan
yang akan TUHAN berikan buat kita.
Elsa memang sudah meninggal tapi YESUS tetap hidup di Rumah Shalom
dan kita harus menerima setiap orang apa adanya dan setiap kita harus berjuang
menyelesaikan destiny dalam hidup setiap kita. Mungkin Elsa berjuang melawan
rasa sakit di kepalanya dengan menangis, karena dia masih bayi jadi kita tidak
tahu, tapi Elsa telah menyelesaikan destinynya.
Bagaimana dengan kita yang masih diberi kesempatan menikmati
hari-hari kita di dunia ini?
“AKU berkata kepadamu: IA akan
segera membenarkan mereka. Akan tetapi, jika ANAK MANUSIA itu datang, adakah IA
mendapati iman di bumi?” Lukas 18:8
Tidak ada komentar:
Posting Komentar