Pages - Menu

Pages

Rabu, 13 Agustus 2014

“Usia Jasmani Berbeda Dengan Usia Rohani”



Kesaksian Elsa ‘El Shaddai M.P’

Prolog :

Siang ini saya merasa apa yang harus saya lakukan beberapa hari yang lalu harus saya kerjakan hari ini juga, ya yang harus saya kerjakan adalah membagikan kesaksian adik kecil Elsa yang sudah menyelesaikan Destinynya dengan kuat. Dimana kesaksian ini saya ambil dari buku “Simple Faith – Great Faith” yang saya dapat waktu KKR Bahtera TOV beberapa bulan lalu di Holy Stadium. Ketika awal saya baca kisah ini saya bisa menangis, terharu begitu rupa bahkan ketika selanjutnya saya baca ulang lagi saya semakin terharu dan terharu dengan kisah hidup Elsa, entah kenapa seperti begitu dekat dengan dia dan merasakan suka-duka yang dia lalui selama di bumi. Bahkan ketika saya ketik kisah ini mata saya terus berkaca-kaca dan saya sebisa tahan untuk tidak menangis karena saya tahu saya harus selesaikan ini tepat waktu. Dan biar kesaksian Elsa di tanga TUHAN lewat Pak Edy dan Bu Aning ini memberikan Rhema yang kuat buat setiap kita, serap yang dari TUHAN, terima yang utuh. Biarkan ROH KUDUS menguasaimu ketika engkau baca kisah Elsa gadis cilik atau bisa saya sebut bayi yang luar biasa. Selamat menikmati manisnya pekerjaanNYA dalam hidup Elsa, TUHAN YESUS memberkati.

Salam,
Joseph Raphael Prima

Kesaksian Elsa:

Kami melayani di Departemen Sosial setiap hari Sabtu dan suatu saat ada petugas yang datang ke Rumah Shalom dan diterima oleh suami saya. Mereka ingin menyerahkan bayi dari seorang Ibu yang direhab di Depsos, kondisi ibu ini tidak sehat mentalnya jadi tidak tahu siapa yang telah menghamilinya. Waktu kami melayani di Depsos, saya sempat menanyakan anak yang baru dilahirkan ibu tersebut ada dimana? Kemudian dijawab kalau anaknya dirawat di panti asuhan pemerintah di Salatiga. Dalam perkembangannya staf Depsos menyerahkan bayi ini ke Rumah Shalom. Ketika menyerahkan mereka berkata, “Sebelumnya kami minta maaf karena kondisi bayi ini tidak baik.”

                “Memang apa yang terjadi?” Kami bertanya dengan penasaran. Ketika bayi itu diantar dan kami lihat rupanya dia menderita sakit Hydrosipholus yaitu kepalanya yang membesar. Dari hasil rontgen diketahui di dalam otak bayi ini penuh dengan cairan.

                Seorang Ibu dari Depsos bertanya, “Dengan kondisi seperti ini apakah bersedia menerima bayi ini? Karena kami bisa memakluminya seandainya ditolak oleh Rumah Shalom. Karena sebetulnya anak ini sudah ditolak di tempat-tempat lain.”

                Pada waktu itu kami berdoa dan TUHAN berkata dengan jelas, “Terima anak ini.” Kemudian kami menerima bayi itu dan staf Depsos itu berkata lagi, “Bayi ini berusia 2 bulan dan dokter akan mengoperasinya dulu karena di dalam otaknya penuh cairan.”

                Pak Edy, suami saya bertanya, “Apakah kalau dioperasi hasilnya akan menjadi baik?”

                “O ya sama saja hasilnya”, jawab petugas Depsos.

                “Kalau begitu tidak usah saja ya dan kami akan konsultasi dengan dokter yang melayani di Rumah Shalom dan kita tunggu setelah berusia satu tahun, kita lihat perkembangannya”, jawab kami.

                “Tapi nanti kalau usianya sudah 6 bulan maka bayi ini akan pulang”, kata orang Depsos.

                Kami penasaran dan bertanya, “Akan pulang kemana?” Karena kami pikir akan diambil keluarganya atau bagaimana.

                Dia menjawab bahwa bayi itu akan pulang ke Sorga karena sudah divonis dokter usianya hanya bisa bertahan sampai 6 bulan. Kami langsung menjawab, “Bu, kami akan tetap menerima anak ini karena ada kuasa TUHAN yang sanggup membuat mujizat untuk menyembuhkan.”

                Kemudian kami merawat bayi itu dan kami beri nama ‘ El Shaddai Medeleine Prasetyowati ‘ karena kami berharap Allah yang maha kuasa akan memberkati Medeleine sebagai menara yang teguh, kami memanggilnya dengan nama Elsa dan masuk bulan ketiga Elsa bertumbuh, kepalanya tidak menjadi besar sekali tapi satu matanya tidak bisa melek. Kami tunggu sampai 4 bulan kemudian 5 bulan dan matanya yang satu tetap tidak bisa terbuka.

                Suatu hari ketikakebaktian hari minggu di JKI Injil Kerajaan hadirat TUHAN sedang kuat sekali maka saya gendong Elsa dan saya bawa ke Pak Agung supaya didoakan. Saya berkata, ”Pak tolong anak saya didoakan, tolong Pak karena matanya yang satu tidak bisa melek.”

                Kemudian Pak Agung berdoa, “Dalam nama TUHAN YESUS mata anak ini melek.” Seketika itu juga saya kaget karena mata Elsa melek dan saya memuji TUHAN karena mujizatNYA sungguh nyata.

                Besoknya ketika ada training bible school IMPACT di Holy Stadium dan guru pengajarnya seorang yang berkarunia kesembuhan, saya bawa lagi Elsa supaya kesembuhan matanya bisa sempurna karena matanya terbukanya belum lebar sekali, maka dia berdoa, “Semua syaraf otak, sendi, otot berfungsi normal dalam nama TUHAN YESUS.” Puji TUHAN anak saya sembuh dan matanya bisa terbuka lebar dan kepalanya tidak membesar.

                Ketika Elsa berusia 8 bulan, pada satu malam pengasuhnya sudah tidur karena kecapaian, saat itu saya baru pulang dari doa persiapan Red Carpet ke Afrika. Ketika saya memberikan susu ke Elsa dengan botol, saya melihat bahwa dari mulut dan lubang hidungnya keluar cairan. Kami tidak berprasangka apapun karena waktu berdoa tidak ada pesan yang kuat, maka kami berkata, “Nak, kamu akan sembuh ya dan bisa lebih enak.”

                Cairan yang keluar dari mulut dan hidungnya bisa keluar dan bisa miring ke kanan da ke kiri dengan leluasa. Sampai suatu hari Staf pengasuh Rumah Shalom yang merawatnya berkata, “Mami, ini Elsa tidak bisa makan.” Maka saya bilang, “Coba minumnya susu pakai dot yang ada sendoknya jadi pelan-pelan saja. Kalau memberinya minum susu dengan sabar.”

                Kemudian saya membelikan botol susu yang ada sendoknya. Setiap hari saya suapi perlahan. Seperti biasa dokter berkunjung ke Rumah Shalom dan ketika melihat kondisi Elsa maka minta kami segera membawa Elsa ke rumah sakit karena kondisinya pucat. Sesampainya di rumah sakit, Elsa diharuskan masuk ke ruang PICU dan pengasuhnya tidak boleh menunggunya.

                Setelah diurus semua maka kami pulang dan besoknya kami membesuk Elsa. Hari itu kami dilarang masuk oleh suster penjaganya. Saya sempat memohon sampai debat dengan susternya supaya diijinkan melihat Elsa tapi suster bersikukuh menunggu dokter datang, dengan sedih kami pulang dan di tengah jalan bertemu dengan dokter yang merawatnya dan dokter menginformasikan bahwa kesehatan Elsa telah membaik dan tidak usah kuatir. Sesampainya saya di kantor, saya terima telepon kalau Elsa telah pulang ke rumah BAPA di Sorga.

                Ketika saya mendengar kabar kepulangan Elsa, hati saya sangat terpukul dan saya menangis menjerit sekencang-kencangnya. Saya kecewa karena tadi sudah menengok tapi tidak boleh ketemu Elsa oleh susternya. Ketika itu suami saya sedang pergi dalam rangka Red Carpet sehingga saya merasa sedih sekali hanya bisa bbm dengannya. Suami saya berkali-kali menanyakan bagaimana keadaan Elsa karena lampu dikamarnya berkali-kali mati, dia menyarankan saya untuk segera cek ke rumah sakit.

                Kemudian kami ke rumah sakit dan teman yang menemani menghibur saya, “Ini sudah yang terbaik untuk Elsa, karena TUHAN tahu yang terbaik untuk anakNYA. Jadi nanti di rumah sakit jangan menangis ya karena saya tahu kalau Ibu sayang sekali dengan Elsa sebab setiap hari Ibu gendong dan susi.” Memang Elsa tidak lahir dari rahim saya, tapi sudah pakai nama saya dan menjadi anak saya jadi saya merasa sangat kehilangan.

                Sesampainya di rumah sakit, saya tidak bisa menahan kesedihan dan saya menangis terus. Ketika Elsa ditutup kain putih, saya diberi penglihatan oleh TUHAN. saya melihat Elsa berusia 5 tahun dan sedang menari dengan berpakaian putih dan terlihat cantik sekali. Saya berkata, “Elsa, kamu terlihat sudah besar?”

                Elsa menjawab sambil menari, “Ya Mami, Elsa sudah besar dan Mami tidak usah sedih.”

                “Elsa kog sudah besar, padahal usiamu kan baru 8 bulan?, saya bertanya kepadanya.

                “Ya Mami usiaku 5 tahun, Mami tidak usah bersedih karena aku sudah senang,” jawabnya sambil menyanyi dan menari dengan barbaju putih yang indah sekali.

Ketika petugas rumah sakit mendorong jenasah Elsa ke kamar mayat dan teman saya mengurus surat-surat, saya menangis lagi dan Elsa datang lagi dan berkata, “Mami terima kasih ya, aku sembuh sekarang. Aku sekarang menari bersama TUHAN.” saya melihat baju Elsa cantik sekali dan saya menggendong Elsa untuk saya bawa pulang. Dalam perjalanan pulang saya terus memuji TUHAN dan saya melihat Elsa terus menari.

                Pada waktu upacara penguburan, Elsa berkata, “Mami, terima kasih ya karena Elsa sudah ditolak oleh semua panti asuhan karena aku cacat, tapi Mami mau menerima Elsa, terima kasih untuk semua yang telah Mami berikan, jangan sedih ya Mami.” Saya menangis dan saya rasakan hadirat TUHAN.

                Kemudia saya bertanya, “Elsa kenapa kamu tidak pakai mahkota, karena yang lain pakai mahkota?”

                “Ya Ma karena aku belum bekerja bagi TUHAN. Aku Cuma duduk doa setiap pagi, aku dibawa pengasuhku datang duduk menyembah dan berdoa”, kata Elsa.

                Saya kaget dan saya lega. Kemudian selesai acara penguburan saya masuk kamar, saya tutup pintu dan berdoa, ”TUHAN mengapa ENGKAU panggil Elsa padahal namanya aku beri nama El Shaddai dan ENGKAU Maha Kuasa dan ENGKAU tahu bahwa aku mengasihi Elsa, ENGKAU kan sanggup menyembuhkan?”

                TUHAN berkata, “Ini yang terbaik untuk anakmu, karena kalau dia sudah besar belum tentu normal dan otaknya telah dirusak oleh si jahat, dan anakmu usia 8 bulan tapi di sini usianya 5 tahun karena setiap pagi dibawa pengasuh datang menyembah AKU. Memang kamu berpikir itu cuma bayi yang ikut duduk sedangkan kakak-kakaknya menyembah AKU, tapi rohnya menangkap jadi kamu tidak boleh sedih dan menangis. Anakmu belum dapat mahkota karena belum bekerja dan sekarang kamu sampaikan kepada anak-anakKU supaya mereka bekerja bagi KRISTUS.”

Sebenarnya kami tidak menerima sumbangan, tapi oleh panitia rumah duka disediakan peti sumbangan. Staf Depsos datang dan melihat bagaimana kami melayani Elsa dengan sungguh-sungguh, sehingga mereka berterimakasih dan menghargai kami. Rupanya ada sumbangan buat Elsa, biarpun tidak banyak di dalam kotak itu. Kemudian saya berdoa tanya TUHAN dan TUHA berkata, “Elsa belum bekerja untuk AKU, biarkan dia juga ikut ke Afrika.”

“Caranya bagaimana TUHAN?”, tanya saya.

“Dengan uang itu buatkan bando, sebagai lambang mahkota dan anak ini ikut menabur dan AKU hitung semua di Sorga”, kata TUHAN.

  Uang sumbangan saya belikan pita untuk dibuat bando dan saya bawa ke Afrika, saya titipkan kepada siapa saja yang berangkat ke Afrika. Mungkin orang berpikir itu bando sederhana karya anak Rumah Shalom, tapi dibalik itu setiap kali saya melihat bando itu maka saya diingatkan untuk bekerja bagi KRISTUS. Banyak orang berkata kenapa pelayanan, untuk apa pelayanan, banyak orang mengomel mengapa sibuk hingga capai di gereja. Banyak anak TUHAN tidak tahan dalam pelayanan, mengeluh tentang pelayanan, bahkan menyalahgunakan pelayanan, mengambil untung dari setiap pelayanan itu.

Dari pengalaman Elsa, hidup kita semua dicatat oleh TUHAN, sikap hati ketika melayani pekerjaan TUHAN, apapun dicatat TUHAN, jerih payah kita dicatat TUHAN. Setiap air mata kita yang menangisi jiwa-jiwa dicatat dan itu membuat mahkota kita semakin bersinar dan indah karena ditambahi batu permata. Memang dalam pelayanan banyak tantangan, tapi itu tidak sebanding dengan kemuliaan yang akan TUHAN berikan buat kita.

Elsa memang sudah meninggal tapi YESUS tetap hidup di Rumah Shalom dan kita harus menerima setiap orang apa adanya dan setiap kita harus berjuang menyelesaikan destiny dalam hidup setiap kita. Mungkin Elsa berjuang melawan rasa sakit di kepalanya dengan menangis, karena dia masih bayi jadi kita tidak tahu, tapi Elsa telah menyelesaikan destinynya.

Bagaimana dengan kita yang masih diberi kesempatan menikmati hari-hari kita di dunia ini?


“AKU berkata kepadamu: IA akan segera membenarkan mereka. Akan tetapi, jika ANAK MANUSIA itu datang, adakah IA mendapati iman di bumi?” Lukas 18:8

Tidak ada komentar:

Posting Komentar