Pages - Menu

Pages

Selasa, 01 September 2015

Renungan Menyongsong Era Yobel Besar

Renungan - Introspeksi 

Berapa banyak dari kita yang begitu merasa berarti karena sudah melakukan banyak hal bahkan hal yang besar.

Misi ke berbagai bangsa, ada lawatan di sana, banyak hal ajaib terjadi, peperangan rohani dan hal lainnya.

Berapa banyak dari kita yang karena sudah terima Otoritas Ilahi lalu dengan tidak sadar ataupun sadar menggunakannya dengan sembarangan, tidak bertanya kepada si Empunya Otoritas terlebih dahulu dengan merasa -layak- dengan berkata, " Otoritas sudah diberikan dan ini hak ku".

Banyak dari kita mulai menuding saudara kita, mulai menilai dengan penilaian dan standard kita masing-masing, sampai suatu titik secara sadar atau tidak sadar mulai menghakimi.

Banyak dari kita mulai merasa lebih dari saudara kita, bahkan lebuh dari Gereja lain, merasa diri kita yang mendapat mandat TUHAN dan yang lain tidak. Oke, sama-sama dapat mandat, namun sering kita menilai mandat tersebut dan berakhir dengan merasa mandat yang diterima lebih dari yang lain.

Indikasi di akhir jaman ini, saya begitu banyak melihat orang dengan mudah berkata sesat kepada orang yang tidak sejalan dengan pemahaman, atau apa yang dilakukannya. Tidak usah antar denominasi, tidak usah antar gereja, bahkan antar saudara sepergerakan pun sering terjadi hal seperti itu.

Sesungguhnya jika itu terjadi, kita benar-benar tidak mengerti dengan benar apa yang disebut Kesatuan Tubuh KRISTUS. Kita tidak bisa berharap saudara kita yang ditaruh TUHAN sebagai jari-jari kaki untuk melakukan apa yang kita lakukan sebagai jari-jari tangan, kita tak bisa menyuruh saudara kita yang ada di posisi jantung untuk menyaring racun seperti kita yang ada di posisi ginjal.

Jika kita tidak berhati-hati setiap penilaian yang kita berikan ujungnya akan menjadi sebuah penghakiman pribadi.

Kemarin sore ketika saya bertemu dengan kakak saya, kami bicarakan banyak hal termasuk hal ini. Hal ini sangat riskan, apalagi hanya tinggal menghitung hari kita akan masuk ke Era Yobel Besar. Tanpa kerendahan hati serendah-rendahnya kalau perlu sampai muka ke tanah apapun kondisi tanahnya, ketika hati ini tidak di bereskan bahaya yang sama, yang di alami bangsa Israel selama 40 tahun akan datang kepada mereka yang tidak membereskan hatinya di hadapan TUHAN. Mungkin orang lain tidak tahu, kita pun bisa menipu diri kita sendiri, namun sampai kapanpun TUHAN tak kan bisa kita tipu.

Kemarin kakak saya bercerita bahwa dia bertemu dengan seorang bapak yang sudah sangat tua, beliau berumur 81 tahun di sebuah desa kecil nan terpencil di Klaten. Ketika saya dengar ceritanya, saya bergetar... bergetar karena apa yang bapak ini lakukan begitu luar biasa.

Satu waktu bapak ini menangkap panggilanNYA untuk menetap di desa tersebut, lewat sang pionir sesa tersebut yaitu bapak ini, seluruh anggota keluarganya ikuti apa yang bapak ini kerjakan, yaitu panggilan TUHAN. Sampai seluruh masyarakat desa itu dimenangkan bagi TUHAN YESUS. Ratusan orang dimenangkan lewat satu keluarga. Entah berapa puluh tahun bapak ini lakukan dengan setia, dan berapa kali 'bahaya' yang dialaminya selama ini.

Ini saatnya kita introspeksi diri, Teshuvah!!! Berbalik, dari ketinggian hati kepada kerendahan hati, dari kekerasan hati kepada kelembutan hati walau dengan proses peremukan hati.

Minta TUHAN maksimalkan didikan dan proses kepada level yang perlu kita capai sebelum masuk Yobel Besar, mintalah di sisa waktu ini... ini belum bicara mengenai Rapture, ini masih tentang Yobel Besar... jadi seharusnya kita tahu bagaimana urgensinya menjelang Rapture.

" BagiKU lebih baik 1 orang yang perlu pertobatan daripada 99 orang BENAR yang tidak memerlukan pertobatan. Dan AKU akan meninggalkan 99 orang BENAR itu untuk menemukan dan bersama-sama dengan 1 orang yang memerlukan pertobatan "

TUHAN YESUS Berkati..

Salam Kasih,

Joseph Raphael Prima.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar