Pages - Menu

Pages

Rabu, 14 Maret 2012

Chatting with God


Shalom!!!! :D

Pasti pada bingung ya ma judulnya? Yup di artikel kelima ini aku mau ngomongin tentang bagaimana kita bicara, cerita dan curhat ma Tuhan. Check check this out ampe selese yaaaaak :D

Tahun 2012 semakin banyak jejaring social yang muncul, ada friendster, twitter, plurk, facebook de el el. Tapi kebanyakan orang masih berkutat pada facebook milik sang milyarder muda Mark Zuckerberg. Pengaruh facebook buat hari-hari kita emang sangat luar biasa, banyak tuh anak2 sekolah yang khususnya remaja( paling banyak ) maupun mahasiswa yang dibuat kagak bisa lepas dari facebook. Yaah minimal update status, yang isinya haduuuh kadang miris soalnya anak2 sekolah kadang tuh update status yang dikit2 marah-marah, ngeluuh yang gag jarang pake kata-kata kotor. Ato pas sakit, update tuh status biar pada di perhatiin khususnya buat lawan jenisnya. Dan kadang ada juga yang nulis kata-kata yang sifatnya menghibur dan membangkitkan, ayat-ayat alkitab dan kesaksian-kesaksian singkat. semua itu gag salah siiih karena di jejaring social itu bebas berekspresi tapi tetep aja ada tata kramanya.

Sebenernya smuanya itu balik lagi ke kamu. Kamu mau pake facebook itu kaya gimana. Teknologi akan berguna banget kalo kamu make secara positif. Sekali lagi kalo stausmu itu isinya Cuma curhat tentang masalah pribadimu, pasti ada yang salah ma hidupmu. Kita emang mahkluk social, tapi Tuhan bilang “ jangan pernah andalkan kekuatan sendiri dan manusia tapi andalkan Tuhan “ Dia mau kamu bergantung sama Dia. Dia pengen kamu belajar bergantung sama DIA. Mau kamu lagi galau, kawatir, masalah ato urusan cinta. Tuhan mau kita lebih mendengar firmanNya daripada ngedengerin komentar temen facebookmu. Certain semua isi hatimu ma Tuhan, karena Dia selalu setia mendengar, menolong dan nguatin kita. Dan ingat juga ya nggak semua komentar temen facebookmu itu bernada positif tapi Tuhan selalu siap dan akan jadi teman terbaik buat kamu.

Sekali lagi temen, Tuhan selalu nunggu saat kita mau datang kepadaNya. Dalam kondisi apapun, nggak harus dalam keadaan yang sempurna atau tanpa kesalahan Dia selalu siap nerima kamu apa adanya. Nggak perlu tuh ke warnet, buka laptop apalagi nunggu loading yang lemooot. Kapanpun, 24 jam sehari dan dimana aja kamu bisa datang ma Tuhan. Kalo kita ngomong sama Tuhan gag ada yang namanya lelet, semuanya pasti langsung wuuuuuush sampe secepat angin. Kalo ada sesuatu yang mau kamu sampein, buruan sampein ma Tuhan….. Dia gag sabar lho nungguin cerita-cerita dari kamu .

GBU :D

( Joseph Primantoro H.S )

Mujizat Terbesar

Shalom temen-temen…

Artikel ke 4 niiih :) hhe, dikesempatan ini aku mau bicarain tentang mujizat. Dan bukan cuma mujizat biasa niih guys, tapi mujizat terbesar didalam hidup kita. Dan sedikit kesaksian dari aku yaaa? hhi

Seperti yang kita tau banyak banget mujizat yang terjadi di sekitar kita. Banyak orang sakit disembuhkan, banyak juga orang yang dipulihkan secara penuh. Bahkan ada orang yang mati dibangkitkan. Dan menurut kalian mana yang merupakan mujizat terbesar? Pasti di hati kalian, kalian bilang orang mati dibangkitkan. Itu gag salah sih, emang orang mati yang dihidupkan lagi dalam nama Tuhan Yesus adalah suatu mujizat yang luar biasa besar. Tapi menurutku bukan itu… karena satu-satunya mujizat terbesar yang Tuhan lakukan di hidupku adalah ketika Dia menyelamatkanku dari lembah kepahitan yang penuh dengan kekelaman serta kegelapan. Mau kaya apapun aku Tuhan selalu memandang aku, dan selalu mau menopangku saat aku mau jatuh. Karena aku ini sebenernya hanya sebutir pasir yang ada dipantai begitu kecil dan gag berguna banget, tapi Tuhan mau angkatku jadi mutiaraNya jadi anakNya.Bagiku Tuhan Yesus itu Papi sekaligus Sahabat yang luar biasa baik.

Kita sebagai manusia pasti pernah melakukan berbagai macam dosa, tapi Tuhan selalu dan selalu pengen aku dan kamu balik lagi kepada Dia. Dia tuh Papi yang setia bangeeet, selalu nunggu, selalu ngulurin tanganNya untuk kita gapai. Kita dan seluruh dosa kita sudah diselamatkan oleh pengorbananNYa di kayu salib. Dengan darahNya kita udah disucikan. Dan Tuhan tu datang kedunia bukan buat cari orang bener, tapi cari orang yang berdosa. Seperti yang Lukas 5 ayat 32 katakan : [Luk 5:32 Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, tetapi orang berdosa, supaya mereka bertobat."].

Jadi sekarang juga saat kamu baca artikel ini, ngomong sama Tuhan. Ceritakan semua dosamu ma Tuhan, dan minta pengampunan serta bertobat. Pada waktu kamu bertobat seluruh sorga akan bersukacita seperti yang dikatakan Lukas 5 ayat 7 : [Luk 15:7 Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan."]

Gag ada seorangpun yang gag berdosa, bahkan hamba Tuhan pun kadang juga jatuh karena mereka juga masih manusia biasa dan bukan malaikat. Tapi perbedaan orang yang ngenal Tuhan sama yang gag itu kliatan banget. Kalo kita sebagai anak yang ngenal Bapa pasti langsung bicara n curhat ma Tuhan pas kita sedang down dan jatuh. Kalo yang gag ngenal Tuhan paling ya Cuma ngasihani diri sendiri, dan selalu merasa bersalah stiap waktu.

Belum terlambat untuk minta ampun sama Tuhan kog, setelah kamu bertobat pasti suatu yang berbeda akan terjadi dihidupMu. Karena Tuhan kita adalah Tuhan yang hidup dan penuh dengan kasih. Yesus menunggu kalian untuk berbalik padaNya.

GBU :)


( Joseph Primantoro H.S )

Senin, 12 Maret 2012

Ayahku Sayang, Ayahku Malang




Sejak kecil Nengsih sering melihat perilaku kasar sang Ayah kepada ibunya.

Dulu keluaga kami punya toko kelontong di rumah. Pada suatu hari orang tua kami bertengkar. Dalam pertengkaran sengit itu, tiba-tiba sebuah botol kecap melayang tepat di kening sang ibu, darah segarpun keluar,” ujar Nengsih mengenang masa lalunya.

Karena waktu itu Nengsih masih kecil, ia hanya bisa menyaksikan pertengkaran hebat tersebut dari balik pintu sambil menangis. Dan ia tidak menyangka Ayahnya akan sekasar itu kepada ibunya. Kebencian yang mendalam kepada sang ayah akhirnya tertanam dalam diri Nengsih. Sang Ayah di mata Nengsih bagai monster dalam keluarganya.

Kekerasan demi kekerasan menjadi pemandangan sehari-hari bagi Nengsih, hingga suatu hari ia dan saudara-saudaranya berusaha melerai pertengkaran orang tua mereka.

Puncak kebencian Nengsih kepada Ayahnya terjadi ketika suatu hari, karena tidak sengaja bermain bakar-bakaran di dalam rumah, rumah mereka hampir saja terbakar betulan. Ayah Nengsih dengan penuh emosi memarahinya, juga mengikat serta mengurung Nengsih dalam sebuah ruangan untuk waktu yang cukup lama. Nengsih menangis dan terus berteriak mohon ampun kepada Ayahnya, tetapi teriakan itu tidak digubris. Hal ini sangat membekas dalam diri Nengsih dan kebenciannya pada sang ayah pun semakin bertambah.

Sebagai seorang anak kecil pada waktu itu, Nengsih ingin sekali dipeluk oleh sang Ayah. Ia juga ingin mendapatkan kasih sayang yang penuh dari seorang Ayah. Namun semua keinginan itu hanyalah sebuah angan yang tak pernah terwujud dalam hidup Nengsih saat itu.

Menjelang dewasa, Nengsih menjalin hubungan dengan seorang pria yang umurnya jauh lebih tua darinya. Harapan Nengsih ia akan mendapatkan kasih sayang dan rasa aman dari sang pacar. Ternyata setelah Nengsih menjatuhkan pilihan kepada sang kekasih, ia baru tahu bahwa sang kekasih adalah sepupunya sendiri. Hal ini tidak membuat Nengsih mundur, ia merasa yakin akan pilihannya .

Harapan Nengsih ternyata salah karena pada suatu hari ia mendapat telpon dari seorang wanita yang mengaku sudah menjadi pacar dari kekasihnya selama 10 tahun. Hati Nengsih pun bertambah hancur. Belum lama luka hatinya sembuh, kembali hal mengejutkan terjadi dalam hidup Nengsih. Ayahnya meninggalkan mereka dan pergi dengan wanita lain. Namun hal yang lebih menyakitkan bagi Nengsih adalah kepergian ayahnya yang meninggalkan hutang yang cukup besar dan semua itu harus ditanggung oleh keluarganya padahal ibunya sudah bersusah payah berjuang menghidupi keluarganya.

“Pada waktu itu jujur saya sering kali ingin bunuh diri, karena hidup ini sudah tidak berarti lagi,” ujar Nengsih kepada Tim Solusi.

Suatu hari pada saat Nengsih pulang kuliah, ia dan teman-temannya duduk di sebuah halte untuk menunggu bus. Kepada seorang teman ia mengatakan bahwa ia ingin masuk asuransi agar kelak kalau ia bunuh diri dan meninggal, maka uangnya akan diberikan kepada Ibunya. Dengan uang tersebut ia berharap Ibunya akan terbebas dari hutang.

Teman Nengsih tersenyum sambil berkata, “Kamu bodoh kalau kamu melakukan itu. Tidak ada orang yang bunuh diri terus dapat uang dari asuransi.” Setelah sampai di rumah, Nengsih langsung masuk kamar dan menangis.

Kemudian ia teringat akan sosok Yesus yang ia dengar pada waktu ia masih di sekolah dasar. Lalu Nengsih mulai berdoa kepada Tuhan dengan sepenuh hati. Pada saat itu juga ia mengambil keputusan untuk mencurahkan segala isi hatinya kepada Tuhan. Mulai saat itu, setiap hari, Nengsih mulai rajin membaca Firman.

Seiring berjalannya waktu, Nengsih juga mulai menemukan kepercayaan diri. Semenjak ia menyerahkan dirinya kepada Tuhan, ada sukacita yang luar biasa mengalir dalam dirinya.

“Tuhan adalah sebuah anugerah yang tak ternilai buat hidup saya,” ujar Nengsih dengan mantap. Dan bersama Tuhan ia mulai menemukan figur seorang Ayah. Pemulihan yang dialami Nengsih berdampak pula pada hubungannya dengan sang Ayah. Hubungan Nengsih dengan ayahnya semakin membaik. Hati Nengsih pun sejalan dengan waktu dipulihkan dari kekecewaan yang mendalam terhadap ayahnya. Nengsih mulai menghargai Ayahnya. Bahkan ketika Nengsih wisuda, ia mengundang ayahnya untuk mendampinginya.

Menurut Nengsih, seburuk apapun ayahnya, pasti ia merindukan Tuhan sama seperti dirinya. Pemulihanpun terjadi. Seluruh keluarganya sudah bisa melupakan kejadian masa lalu dan memulai hidup yang baru.

“Pada tahun 2008, Ayah saya meninggal dunia. Namun sebelum ia meningal, saya merasakan kasih Tuhan yang memulihkan hidup dia,” ujar Nengsih menutup kesaksiannya. Nengsih juga bersyukur boleh merasakan kasih Tuhan yang begitu besar kepada Keluarganya. (Kisah ini sudah ditayangkan pada tanggal 22 Oktober pada Acara Solusi Life di O’Channel).

Nara Sumber :
Nengsih


Video = http://www.youtube.com/watch?v=6rhpTt8ZY5I

Jumat, 09 Maret 2012

Kasih Bapa tak bersyarat


Suatu hari aku melihat Bapa sedang melamun di takhta-Nya.

Aku menghampiri-Nya dan pelan-pelan aku bertanya kepada-Nya,

“ Bapa, apa yang sedang Kau pikirkan ? “

Bapa menoleh ke arahku, dan Ia tersenyum, lalu Ia berkata dengan lembut,

“ Tidak ada, Nak. Aku hanya sedang memikirkan manusia. “

“ Manusia ? Ada apa dengan mereka ? “ tanyaku

“ Tahukah kau bahwa Aku sangat mengasihi manusia ? “ ujar-Nya,

“ Iya, aku tahu itu. Apa hubungannya Tuhan ? “

“ Aku mengasihi manusia sedemikian, sehingga Aku merelakan Anak-Ku terkasih, Yesus Kristus untuk turun ke bumi, menderita, dihina, dan akhirnya mati bagi mereka. “

“ Iya, itu adalah karya penebusan yang sangat indah. ”

“ Tapi…. “

Ups…, ada nada sedih di suara-Nya.

“ Tapi, mengapa manusia masih juga meragukan kasih-Ku ? “

Aku terdiam, aku tidak dapat menjawab pertanyaan-Nya, karena aku pun tidak tahu…

“ Hari ini, ada satu anak-Ku, dia menangisi dosanya, dia memohon pengampunanKu, Aku mengampuninya, Aku mengatakan bahwa Aku sudah tidak mengingat-ngingat lagi dosa yang ia buat, tapi….”

“ Tapi kenapa Tuhan ? “

“ Saat Aku berkata demikian, ia menggelengkan kepalanya, ia berkata, tidak akan ada pengampunan lagi atas dosa yang ia perbuat, ia sudah terlalu sering jatuh bangun dalam dosa, ia mengatakan bahwa ia membenci dirinya… ”

Aku diam, menantikan Tuhan.

“ Kenapa ia memandang hina dirinya ? Padahal dia adalah biji mata-Ku, kekasih hati-Ku. Darah Yesus sudah tercurah untuknya, Aku sudah mengampuninya, tapi ia tidak Percaya. Aku berkata Aku sudah melupakan semua dosanya, tapi ia berkata tidak mungkin. Mengapa ia memandang rendah pengorbanan Yesus di kayu salib ? “

“ Apa ? Memandang rendah pengorbanan Yesus di kayu salib ? “

Aku terkejut, adakah orang yang seperti itu ?

“ Bagaimana mungkin ia memandang rendah pengorbanan Yesus ? “

“ Darah Yesus tercurah di Kalvari untuk menebus dosa manusia, hukuman yang seharusnya ditimpakan kepada manusia sudah diambil alih oleh-Nya, sehingga manusia dapat memperoleh keselamatan di dalam Dia, tapi manusia merasa tidak yakin bahwa apa yang telah Dia lakukan sanggup menebus mereka dari maut, mereka tidak yakin dengan karya penebusan yang telah dilakukan oleh Yesus. “

Tanpa sadar, aku menangis, aku membayangkan, seandainya aku sudah memberikan hadiah yang terbaik yang bisa aku lakukan untuk orang yang aku kasihi, tapi ternyata hadiah itu dianggap rendah, diacuhkan dan dibuang begitu saja. Kira-kira, apakah masih tersisa kasih dalam hatiku untuk mengasihi orang itu ? Kalau itu aku, mungkin aku tidak akan mengasihi orang itu lagi.

“ Lalu Tuhan, apakah sekarang Engkau masih mengasihi manusia ? “

“ Ya, Aku sangat mengasihi manusia ! “

Aku terkejut ! Sedemikian dalamkah kasih Allah untuk manusia ?

“ Walaupun mereka seperti itu ? “ tanyaku

“ Ya, Aku rindu suatu hari mereka akan datang kepada-Ku dan mengatakan bahwa mereka mengasihi-Ku. “

Aku masih terheran-heran.

Siapakah manusia sehingga Allah, Sang Pencipta langit dan bumi begitu mengasihinya ?

Bukankah mereka hanyalah debu dan abu ?

Bukankah jika Tuhan mau, Tuhan bisa dengan mudah menghancurkan manusia dan membuat yang lebih baik ?

Aku rasa hal itu tidak sulit untuk Tuhan, bukankah Ia menciptakan langit dan bumi hanya dengan perkataan saja ?

Hal seperti ini sangat sulit untuk diterima, mengapa Tuhan sampai sedemikian dalam mengasihi manusia ?

Aku memberanikan diriku, aku bertanya lagi kepada Tuhan,

“ Tuhan, sungguhkan Engkau mengasihi manusia ? “

Tuhan tersenyum, dan Ia berkata,

“ Sangat, Aku sangat mengasihi manusia. Jika tidak, Aku tidak akan mengutus Anak-Ku Yesus untuk mati bagi mereka. Sekalipun mereka sekarang jauh dari-Ku, Aku sangat rindu mereka kembali kepada-Ku. Karena mereka adalah anak-anak-Ku terkasih. “

Mendengar jawaban Tuhan aku tersenyum.

Aku mengerti kenapa Tuhan tetap mengasihi manusia…., Tuhan memiliki kasih yang tidak bersyarat !

Tiba-tiba terdengar suara dari bumi. Suara yang perlahan dan terdengar sedih, tapi suara itu tetap menarik perhatian Allah.

“ Tuhan, aku tahu aku seringkali melukai hatiMu. Aku sering jatuh bangun dalam dosa. Aku kadang merasa benci dan jijik terhadap diriku sendiri, karena dosa-dosa yang aku perbuat. Tapi aku percaya, darah Yesus menebus aku seluruhnya dan sepenuhnya. Aku tahu aku adalah ciptaan baru sekarang. Aku percaya Tuhan mengasihi aku sebagaimana adanya aku. Ampuni aku Tuhan, aku benci dosa-dosaku. Aku ingin hidupku menyenangkanMu, aku mengasihiMu Tuhan. “

Saat doa itu diucapkan, aku melihat senyum di wajah Tuhan berubah menjadi tawa sukacita, Ia sangat bahagia, karena saat itu, ada satu anakNya yang terhilang kembali kepadaNya, dan ia berkata kepada para malaikat,

“ Bersukacita dan bergembiralah, karena anak-Ku ini telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapati kembali. “

Aku tidak tahu, dosa apa yang kamu perbuat, aku tidak tahu berapa lama kamu tinggal dalam dosa. Tapi aku tahu satu hal, Bapa di Surga mengasihimu, dan tangan-Nya terbuka menunggumu pulang. Kembalilah, jangan biarkan Ia menunggu terlalu lama. Yesus mengasihimu !


Be good or Looks good

Seorang gadis di hamil di luar nikah. Setelah ditanyai berkali-kali, akhirnya ia mengaku bahwa bapak dari anak yang dikandungnya adalah seorang bijak yang setiap hari beribadah dan tinggal di luar desa.


Orang tua si gadis bersama banyak penduduk desa beramai-ramai menemui si orang bijak. Dengan kasar mereka menyerbu orang bijak yang tengah berdoa. Mereka menghajarnya karena kemunafikannya dan menuntut si orang bijak untuk menanggung biaya untuk membesarkan si anak yang sudah lahir itu.

Menghadapi hal itu, orang bijak hanya mengatakan, "Baiklah, baiklah."

Setelah orang banyak pergi meninggalkannya, ia memungut bayi itu dari lantai. Ia minta supaya seorang ibu dari desa memberi anak itu makan dan pakaian serta merawatnya atas tanggungannya.

Orang bijak itu jatuh namanya. Tidak ada lagi orang yang datang untuk meminta nasihat kepadanya.

Setelah peristiwa itu berlalu setahun lamanya, gadis yang melahirkan anak itu tidak kuat lagi menyimpan rahasianya lebih lama. Akhirnya, ia mengaku bahwa ia telah berdusta. Ayah anak itu sesungguhnya adalah pemuda di sebelah rumahnya. Orang tua si gadis dan penduduk kampung amat menyesal. Mereka bersembah sujud di kaki si orang bijak untuk mohon maaf dan meminta kembali anak tadi.

Melihat hal itu, orang bijak mengembalikannya dan yang dikatakannya hanyalah, "Baiklah, baiklah."

* * * * *

Apa pendapat Anda mengenai orang bijak tadi? Mengapa ia sama sekali tidak membela dirinya dan membiarkan kredibilitasnya jatuh?

Padahal, bukankah kredibilitas dan nama baik adalah segala-galanya? Bukankah justru banyak orang yang berusaha mempertahankannya mati-matian?

Pembaca yang budiman, berkaitan dengan nama baik ini, kita dapat membedakan tiga jenis manusia.

Orang pertama saya sebut Manusia Politis. Mereka tidak harus politisi, tetapi mereka adalah orang-orang (termasuk pelaku bisnis) yang menjadikan citra sebagai fokus perhatian yang utama. Bahkan, bagi mereka citra itu lebih penting daripada kenyataan.

Manusia tipe ini senantiasa mendandani, menghiasi dan memermak diri mereka dengan berbagai cara. Yang terpenting bagi mereka adalah mengerek citra.

Mereka membangun persepsi bahwa merekalah yang paling pandai, paling hebat dan paling bagus. Sayangnya, mereka tidak berusaha meningkatkan kualitas diri mereka karena telah cukup puas "bermain" di tingkat persepsi. Mereka cukup puas kalau kelihatan baik (looks good ), padahal mereka tidak benar-benar baik (be good).

Mereka telah melanggar hukum alam yang mensyaratkan pertumbuhan dari dalam (be good) ke luar (looks good). Karena itu, suatu ketika nanti mereka akan menanggung akibatnya dalam bentuk hilangnya kepercayaan (trust).

Nah, rumus orang pertama tadi: Looks Good > Be Good, sedangkan rumus orang kedua adalah Looks Good = Be Good. Inilah yang saya sebut sebagai Manusia Bisnis.

Orang jenis ini berusaha mengomunikasikan semua potensi yang ia miliki agar dapat dikenali pasar. Mereka menyadari bahwa promosi (looks good) itu penting, tetapi yang lebih penting lagi adalah membangun kualitas ke dalam (be good).

Orang ketiga adalah Manusia Spiritual. Ini seperti orang bijak dalam cerita di atas. Bagi orang seperti ini be good jauh lebih penting daripada looks good. Jadi, rumus mereka: Looks Good < Be Good.

Anda mungkin bertanya, mengapa bisa demikian? Ada beberapa alasannya.

Pertama, bagi manusia spiritual, satu-satunya yang penting adalah be good, yaitu bagaimana caranya menjadi orang yang baik. Karena itu, seluruh waktu yang dimilikinya ia curahkan untuk senantiasa meningkatkan kualitas dirinya. Tak ada lagi waktu yang tersisa untuk membangun citra.

Bagi orang yang spiritual, persepsi atau pandangan orang terhadap dirinya menjadi kurang penting karena yang terpenting adalah bagaimana pandangan Tuhan terhadap dirinya. Dan ketika bicara mengenai Tuhan, sejatinya persepsi menjadi tak ada artinya sama sekali. Tuhan adalah Yang Maha Mengetahui. Karenanya, di hadapan Tuhan manusia tidak mungkin lagi menyembunyikan dirinya di balik topeng-topeng persepsi. Bukankah di hadapan Tuhan tidak ada yang namanya looks good? Bukankah di hadapan Tuhan yang ada hanya be good? Inilah yang membuat orang yang spiritual tidak pernah membuang waktunya sedikit pun untuk urusan looks good.

Kedua, karena pemahaman semacam itu, orang yang spiritual yakin bahwa pada akhirnya be good akan selalu mengalahkan looks good. Orang yang spiritual sadar sepenuhnya bahwa looks good hanyalah sebuah penampakan yang tidak kekal dan boleh jadi penuh dengan kepalsuan. Dan karena kebenaran senantiasa mengalahkan kepalsuan, pada akhirnya be good-lah yang akan menang. Maka, mereka hanya membangun be good dan senantiasa menjadi orang yang lebih baik dari hari ke hari. Mereka sadar bahwa hanya dengan menjadi baiklah mereka akan terlihat baik. Dan bukankah tanpa bersusah payah membangun citra, citra yang akan tercipta justru menjadi lebih alami, lebih tulus dan lebih terpercaya?

Ketiga, orang-orang yang spiritual ini sadar bahwa memikirkan citra malah akan mengurangi nilai kebaikan yang mereka berikan. Sehingga, seluruh energi hanyalah mereka curahkan untuk kebaikan. Mereka tak pernah mengharapkan balasan apa pun. Mereka hanya yakin sepenuhnya dengan hukum kekekalan energi, yaitu bahwa semua yang mereka berikan kepada dunia sesungguhnya akan kembali lagi kepada mereka dalam bentuk yang berbeda.

Pembaca yang budiman, spiritualitas akan membuat hidup kita menjadi jauh lebih sederhana. Ketika ada orang yang menjelek-jelekkan kita, kita tidak akan terlalu dipusingkan untuk menangkis segala tuduhan dan serangan. Orang yang spiritual sadar bahwa nama baiknya tidak akan pernah jatuh oleh apa yang dikatakan orang tentang dirinya. Nama baiknya justru akan jatuh oleh apa yang ia katakan mengenai orang tersebut.


Aku lebih dari sanggup untuk menjadi penanggung bebanmu

Generasi muda sekarang ini adalah generasi yang terhilang. Tidak ada generasi manapun di dalam sejarah yang dengan hebatnya dilanda oleh wabah seks, obat bius, minuman keras, keserakahan, pembunuhan dan bunuh diri, depresi dalam usia yang semakin muda seperti sekarang ini. Pertanyaan saya: siapakah yang harus dipersalahkan?

Setiap orang tahu bahwa sesuatu yang mengerikan sedang terjadi pada angkatan generasi muda jaman ini. Kejahatan dan kekerasan telah menjadi suatu hal yang biasa, sehingga banyak gedung sekolah dan universitas-universitas yang dilengkapi dengan alat pendeteksi senjata. Murid laki-laki kelas satu SLTP bisa mendapatkan senjata api dengan mudahnya dan membantai teman sekelas mereka tanpa rasa penyesalan sama sekali.

Sistem pendidikan itu sendiri telah tercemar dan mengalami banyak penyimpangan. Guru-guru memperkenalkan ateisme, teori evolusi, gaya hidup homoseksual, pergaulan bebas, dan sikap anti agama yang militan kepada murid-muridnya. Seorang guru tidak diperbolehkan menaruh Alkitab di atas mejanya, tetapi dia diijinkan untuk menggelar buku-buku yang topiknya berkisar dari paham komunis sampai ke pornografi.

Sejak sistem hukum di Amerika menolak kehadiran Allah di sekolah-sekolah, setan telah mengambil alih sekolah-sekolah itu, demikian pula di berbagai belahan dunia lainnya. Tetapi saya yakin bahwa bukanlah sistem sekolah yang tercemar yang mencelakakan anak-anak kita.

Seluruh lapisan masyarakat kita sedang mengalami kemerosotan moral (II Timotius 3:1-5). Program-program kebudayaan dan pameran-pameran seni telah menjadi kotor dan vulgar; sehingga ketidaksenonohan menjadi hal yang sangat biasa. Bahkan pemimpin-pemimpin yang terpandang di kalangan pemerintahan dan dunia bisnis menggunakan kata-kata yang keji dengan bebas. Mereka menghujat Kristus dan menyumpahi nama Allah dengan seenaknya, menjadikannya kata-kata seruan dan gurauan tanpa rasa hormat dan gentar sama sekali terhadap Allah yang hidup.

Kemerosotan moral generasi ini telah menjadi sedemikian gentingnya sehingga bahkan kaum ateis yang liberal pun mengakui bahwa fondasi-fondasi moral kita sudah dalam keadaan terancam. Tetapi bukanlah masyarakat kita yang bejat yang mencelakakan anak-anak kita.

Seluruh media massa sekarang ini tampaknya telah dikontrol oleh iblis. Hampir semua saluran TV milik iblis, dengan setan sendiri yang menjadi eksekutif utamanya. Video-video musik sekarang ini tidak lain merupakan pornografi yang menjijikkan dengan lirik-lirik lagu yang keji dan tak bermoral, demikian pula film-film berbau kekerasan, kelicikan, sihir dan mantera-mantera yang tersembunyi pada anak-anak usia sangat dini, yang semuanya mengajarkan dan menyampaikan pesan yang menentang Firman Tuhan dan hal itu sangat mendukakan hatiNya.

Tentu engkau akan berpikir, betapa dalamnya kerusakan dan pengaruh iblis atas orang-orang yang menyebarkan segala kebobrokan dan penyimpangan moral tersebut kepada seluruh generasi jaman ini. Orang-orang tersebut pastilah sebelumnya telah merusak hidup mereka sendiri dan merekapun juga bermaksud untuk merusak generasi yang akan datang dan orang lain. Akan tetapi, isi musik dan film-film yang kejipun tidaklah sepenuhnya bertanggung-jawab atas celakanya generasi muda.

Dalam dunia periklanan, seks melariskan segala sesuatu yang dipasarkan. Tiada tindakan mesum yang dianggap dosa lagi. Segala sesuatu dihalalkan, dan dengan berlalunya waktu, dunia semakin tenggelam dalam kesesatan. Dan semuanya ini dipromosikan oleh media yang dengan diam-diam dibantu oleh kuasa kegelapan. Akan tetapi, sejelek-jeleknya moralitas perusahaan-perusahaan periklanan saat ini, mereka tidak dapat dipersalahkan sebagai penyebab utama dari rusaknya generasi muda kita.

Kita mungkin bertanya-tanya tentang dampak dari gereja yang mati secara rohani dan berkompromi dengan dosa, yaitu dengan membawa kekotoran duniawi ke dalam rumah Allah. Sekarang ini, ada banyak gereja-gereja yang hanya menjalankan ibadah rutinitas agamawi tanpa kehadiran kuasa Roh Kudus dalam setiap pertemuan umat Tuhan. Gereja-gereja mereka telah menjadi kerangka-kerangka gedung yang kosong, secara lahiriah mereka menjalankan ibadah tetapi tidak ada kuasa di sana. Dan kebaktian-kebaktian mereka telah menjadi sangat hambar sehingga anak-anak muda berbondong-bondong meninggalkan kebaktian. Pemuda-pemudi dibiarkan berpikir bahwa kekristenan tidak ada relevansinya sama sekali dengan hidup mereka dan tanggung jawabnya terhadap pengadilan surgawi suatu hari kelak.

Banyak pemimpin puji-pujian yang telah mengganti lagu-lagu rohani dengan musik rock ala MTV yang menyebut Yesus dengan sepintas lalu saja. Dan bukannya mempersembahkan ibadah yang suci, gereja-gereja sekarang malah mempertunjukkan konser-konser musik punk-rock, yang berpenampilan mengkompromikan segalanya dengan cara-cara duniawi, mencemari rumah Allah tanpa mengerti arti kekudusan dan menghormati Allah dalam arti yang sedalam-dalamnya.

Tetapi, bagaimanapun keringnya dan duniawinya gereja yang berkompromi dengan dosa, gereja semacam ini bukanlah faktor utama yang menyebabkan celakanya anak-anak kita.

Banyak orang tua termasuk orang Kristen yang menyalahkan hal-hal tersebut di atas sebagai penyebab terhilangnya generasi muda kita. Ketika anak-anak mereka tersesat dan berpaling pada obat bius atau minuman keras atau menjadi pemberontak, orang tua tersebut marah terhadap sekolah-sekolah, pemerintah, media massa, gereja, dan teman sebaya anak-anak mereka. Banyak di antara mereka yang akhirnya memindahkan anak-anaknya dari sekolah-sekolah negeri ke sekolah-sekolah Kristen. Tetapi, sering kali pemberontakan anak-anak tersebut malah makin menjadi.

Bahkan para orang tua yang belum percaya pada Tuhan Yesus pun bertindak seperti itu. Mereka tidak acuh akan agama tetapi mereka mengirim anak-anak mereka ke Sekolah Minggu, dengan harapan bahwa Sekolah Minggu akan menanamkan ajaran-ajaran yang positif di dalam hati anak-anak mereka. Mereka berharap bahwa hanya dalam satu jam setiap minggu, guru-guru Sekolah Minggu akan mampu mengubah dan menyulap anak-anak mereka dari pemberontak menjadi malaikat. Tetapi jika hal ini tidak terjadi, para orang tua ini segera akan menyalahkan gereja karena kekacauan yang ditimbulkan oleh anak-anak tersebut di dalam rumah tangga mereka.

Siapakah yang Harus Dipersalahkan atas Kesesatan Anak-anak Kita?

Faktor-faktor yang saya sebutkan di atas memang memegang peranan dalam hal rusaknya generasi muda kita. Tetapi bukan hanya sekolah, kebudayaan, media, musik yang keji, atau gereja yang agamawi yang menjadi penyebabnya. Sesungguhnya, tanggung-jawab atas generasi muda ini terutama terletak pada orang tua. Keluarga merupakan tempat di mana benih-benih pemberontakan dan kekejian ditaburkan.

Saya harus bertanya kepada para orang tua: di manakah anak-anakmu ketika engkau berpergian ke sana kemari untuk mengejar berkat, sedang apakah mereka dan bersama siapakah mereka dalam waktu maksimal setiap harinya? Apakah engkau telah memberikan perhatian yang cukup kepada mereka ? Engkau mungkin dapat bersaksi bahwa Allah telah mengubahkanmu menjadi seorang yang sangat rohani dan telah membangkitkan semangat pelayananmu tetapi jika rumah tanggamu kacau suasananya dan kelakuan anak-anakmu memberontak, maka engkau lebih buruk dari orang yang tidak mengenal Allah (I Timotius 5 : 4b, 8 ).

Jika engkau meyakini telah mengalami jamahan kuasa Allah dalam hidupmu, apakah hal itu justru telah membuatmu lebih terbeban untuk memperhatikan keluargamu? Jika engkau tidak mengalami hal ini, bagaimana mungkin engkau dapat duduk di rumah Tuhan dan menikmati kehadiran-Nya hanya untuk kepentingan diri sendiri lalu pulang ke rumah tanpa peduli akan kegelapan yang sedang menimpa keluargamu ?

Saya tidak sedang meremehkan kebaktian-kebaktian kebangunan rohani atau manifestasi-manifestasi ilahi. Saya sendiri telah mengalami kebangkitan-kebangkitan rohani yang murni dan jamahan serta dorongan kuasa Roh Kudus. Sebagai seorang penginjil, saya tahu bahwa Roh Kudus menyatakan diri-Nya di dalam diri kita untuk menghancurkan kesombongan kita, menyingkapkan ketidakacuhan jiwa kita, dan memperbaharui roh kita. Saya juga tidak sedang menyalahkan orang tua atas semua pemberontakan anak-anak muda namun orang tua memegang peranan penting dalam meletakkan dasar-dasar kebenaran Tuhan dalam setiap hidup anak-anak mereka dan menemaninya selama mereka masih ada dalam otoritasmu sebagai orang tua, untuk menjaganya dari segala jebakan dan pengaruh jahat iblis yang sedang disebarkan dengan dahsyatnya pada hari-hari akhir ini kepada generasi kita yang akan datang.

Sekarang ijinkanlah saya untuk memberikan suatu definisi dari kebangunan rohani yang sejati: kebangunan rohani yang sejati terjadi ketika tembok-tembok dan pintu-pintu gerbang yang menjaga rumah Allah dipulihkan. Dan tembok-tembok itu termasuk pintu-pintu rumah tangga orang Kristen. Baiklah akan saya jelaskan.

Kitab Nabi Nehemia Memberikan Gambaran yang Jelas tentang Apa yang Terjadi pada Gereja
di Masa Kehancuran dan Apostasi

Ketika Nehemia dan 43.000 orang Yahudi yang cinta tanah air pulang ke Yerusalem, mereka mendapati kota mereka dalam keadaan hancur total. Tembok-temboknya roboh dan pintu-pintu gerbangnya sudah tidak ada lagi, sehingga penduduk Yerusalem tidak mempunyai perlindungan terhadap musuh mereka. Dan dengan beruntun musuh-musuh, yaitu Sanbalat, bangsa Amon, penjahat-penjahat, dan pencuri-pencuri, menjarah kota itu dengan semaunya.

Musuh-musuh ini telah diberi kekuasaan penuh sebagai akibat dari kemurtadan bangsa Israel dan ketidaktaatan mereka terhadap firman Allah. Nehemia menulis, "... karena dosa-dosa kami. Mereka [musuh-musuh kami] itu memerintah sekehendak hati atas diri kami dan ternak kami, sehingga kami dalam kesesakan besar" (Nehemia 9:37).

Dalam hal ini, Yerusalem merupakan tipe dari gereja Yesus Kristus di masa kini. Seperti halnya dengan bangsa Israel, banyak orang Kristen yang sepenuhnya berada dalam belenggu dosa. Dan dosa yang ada di dalam rumah Allah telah mengakibatkan kesesakan dan ikatan-ikatan perhambaan, menyebarkan racun ke seluruh tubuh Kristus.

Bagaimana hal ini bisa terjadi? Hal ini terjadi karena tembok-tembok kebenaran sudah dirobohkan. Tembok-tembok ini adalah kubu-kubu perlindungan yang didirikan ketika orang-orang percaya berpegang teguh pada Firman Allah. Dosa kita dan sikap berkompromi dengan dosa menyebabkan gerbang-gerbang perlindungan tersebut roboh, sehingga banyak orang Kristen menjadi mudah diserang dan tidak mempunyai pertahanan terhadap kuasa setan.

Tetapi Nehemia melambangkan rencana restorasi dari Allah. Nehemia mengerti bahwa agar kebangunan rohani yang sejati dapat terjadi, harus ada tembok kebenaran yang aman dan melindungi serta mengelilingi umat Allah.

Jadi, apakah Nehemia melangkah masuk ke dalam kota yang tak bertembok ini dan menghendaki adanya kebangunan rohani yang penuh dengan manifestasi-manifestasi yang ajaib? Tidak. Satu-satunya manifestasi yang terjadi setelah kedatangan Nehemia adalah adanya kaum pria dan wanita dengan cangkul dan sekop di tangan mereka. Mereka bekerja keras membangun kembali tembok-tembok kota dan memperbaiki pintu-pintu gerbangnya. Dan Nehemialah yang memimpin pekerjaan ini.

Pekerjaan pemugaran ini dimulai pada saat Nehemia merasa terbeban atas keprihatinan Tuhan akan kehancuran di dalam bait-Nya. Ketika Nehemia melihat kesengsaraan dan aib yang diderita oleh umat Allah ini, dia jatuh berlutut dan menangis, "Tembok Yerusalem telah terbongkar dan pintu-pintu gerbangnya telah terbakar" (Nehemia 1:3).

Apakah tindakan Nehemia yang berikutnya? Siang dan malam dia berpuasa dan berdoa, mengakui dosa-dosa bangsa Israel. "Ketika kudengar berita ini, duduklah aku menangis dan berkabung selama beberapa hari. Aku berpuasa dan berdoa ke hadirat Allah semesta langit" (ayat 4).

Inilah awal dari kebangunan rohani yang sejati ketika sekelompok Nehemia-Nehemia yang saleh merasa terbeban atas kedukaan hati Allah akan gereja yang terjerat dosa. Sekelompok orang saleh ini berpuasa dan berdoa, memohon Allah untuk mulai membangun kembali tembok-tembok dan pintu-pintu gerbang yang akan melindungi umat-Nya dari setiap musuh.

Segera Sesudah Tembok-tembok Yerusalem Dibangun Kembali dan Pintu-pintu Gerbangnya Dipasang, Penjaga-penjaga dan Peronda-Peronda Ditunjuk Untuk Menjaga Setiap Rumah

Tembok-tembok dan pintu-pintu gerbang tidak ada gunanya jika tidak dilengkapi dengan penjaga-penjaga yang mengerti dengan baik apa saja yang boleh dan tidak diperbolehkan masuk ke dalam kota. Demikianlah kata Nehemia, "Setelah tembok selesai dibangun, aku memasang pintu-pintu. Lalu diangkatlah penunggu-penunggu pintu gerbang, para penyanyi dan orang-orang Lewi" (Nehemia 7:1).

Perhatikanlah bahwa penjaga-penjaga pintu gerbang ini tidak terbatas pada imam-imam. Mereka terdiri dari orang-orang awam, pemain musik, portir, orang-orang dari kalangan apa saja. Dan mereka diberi instruksi, "Pintu-pintu gerbang Yerusalem jangan dibuka sampai matahari panas terik. Dan pintu-pintunya harus ditutup dan dipalangi, sementara orang masih bertugas di tempatnya" (ayat 3).

Allah mengatakan kepada umat-Nya, "Rumah-Ku akan menjadi tempat yang terang, dan kegelapan tidak boleh masuk ke dalamnya. Biarlah siapa saja dan apa saja yang masuk ke situ menjadi suatu buku yang terbuka, tunduk kepada terang firman-Ku."

Baru-baru ini saya mendengar kisah yang tragis mengenai seorang pendeta dari gereja yang sangat besar. Pendeta ini terkenal di daerahnya. Ia kemudian diketahui berbuat zinah dan menyalahgunakan keuangan gereja. Beberapa pendeta yang saleh di daerah itu merasa prihatin dan mendekati tua-tua sidang dari gereja yang besar tersebut. Mereka menyarankan agar pendeta tersebut dicutikan selama enam bulan. Kemudian mereka menawarkan untuk berkumpul bersama memberi dukungan, disiplin, pelayanan, dan pemulihan kepada pendeta tersebut, yang kesemuanya ini berdasarkan Alkitab.

Tetapi tua-tua sidang itu menolak tawaran para pendeta tersebut. Mereka malah memutuskan untuk tetap mempekerjakan pendeta itu, tanpa mendisiplinkannya sama sekali. Mereka berkata, "Kami tetap ingin mendengarkan khotbah-khotbah pendeta kami. Dia adalah seorang pembicara yang hebat. Di samping itu, pada dasarnya ia adalah orang yang baik, benar-benar merupakan kawan kami di gereja. Kalian pasti tahu, tiap-tiap orang mempunyai kelemahan."

Seorang wanita anggota jemaat gereja tersebut setuju dengan pendapat itu, "Saya tidak peduli dengan apa yang telah diperbuat oleh pendeta kami. Khotbahnya adalah satu-satunya cara bagi saya untuk membawa suami saya yang belum selamat untuk datang ke gereja bersama saya. Saya setuju agar ia tetap melayani di sini."

Orang-orang ini diberi wewenang yang jelas oleh Allah untuk bertindak sebagai penjaga-penjaga pintu gerbang. Tetapi mereka menolak untuk menutup pintu-pintu gerbang mereka dari kuasa kegelapan. Alangkah menyedihkan bahwa mereka telah membiarkan diri mereka disuap oleh hubungan antar manusia.

Pesan saya kepada setiap umat Tuhan : jangan sekali-kali membiarkan diri kita dibutakan dari Firman Allah oleh karena suatu persahabatan dengan siapa saja. Kita telah diangkat oleh Allah sebagai penjaga di pintu-pintu gerbang rumah-Nya. Dan jika seseorang mengabarkan Injil yang tidak sesuai dengan Kitab Suci, adalah tugas kita untuk dengan penuh kasih memberitahu orang yang bersangkutan tersebut bahwa ia salah.

Sebagai penjaga-penjaga pintu gerbang, kita harus menjaga pintu-pintu rumah Allah dengan rendah hati melalui puasa, doa, dan keprihatinan yang penuh kasih yang dinyatakan melalui rasa takut akan Allah.

Nehemia berkata, "Tempatkanlah Penjaga-penjaga dari Antara Penduduk Yerusalem, Masing-Masing pada Tempat-tempat Penjagaan dan di Depan Rumahnya" (Nehemia 7:3)

Menurut Nehemia, penjaga-penjaga diangkat tidak hanya untuk menjaga gerbang-gerbang kota suci ini, tetapi juga untuk menjaga setiap rumah tangga. Singkatnya, kepala-kepala keluarga yaitu para orang tua bertanggung-jawab atas segala sesuatu yang masuk ke dalam rumah mereka.

Pesan Allah di sini adalah sangat jelas: para ayah dan ibu, engkau diberi wewenang untuk menjaga keluargamu dari setiap kuasa kegelapan yang berusaha memasuki kehidupan mereka. Ini berarti bahwa engkau bertanggung-jawab atas setiap bacaan, permainan, setiap tayangan media, internet, setiap teman yang dikenal dalam kehidupan anakmu. Intinya engkau bertanggung-jawab atas segala sesuatu yang membawa pengaruh di dalam keluargamu.

Saya sungguh-sungguh percaya bahwa hari-hari ini para orang tua perlu memiliki kebijaksanaan dan kemampuan untuk membedakan, lebih dari zaman mana pun dalam sejarah. Setan mempunyai banyak cara yang jahat dan tipu muslihat yang halus dan rumit yang dipergunakannya untuk menyerang umat Allah. Dan hanya melalui para orang tua yang mengerti untuk mengambil alih otoritas atas hidup anak-anak mereka di dalam Kristus dan melepaskan perlindungan melalui doa yang tekun setiap hari dan pengertian akan Firman Allah yang benar, maka kita sebagai penjaga-penjaga keluarga akan memiliki kuasa untuk melawan setan yang mencoba untuk memasuki kehidupan keluarga kita.

Sebelum saya lanjutkan, saya ingin membesarkan hati para orang tua tunggal: Allah tahu segala kesukaranmu untuk berperan sekaligus sebagai ayah dan ibu bagi anak-anakmu. Tetapi wewenang yang diberikan-Nya tetaplah sama: engkau adalah penjaga yang ditetapkan untuk menjaga rumah tanggamu. Engkau tidak dapat menunggu datangnya seorang teman hidup yang lain yang akan melakukan tugas-tugas itu bagi keluargamu. Tuhan berjanji akan mengaruniakan segala rahmat dan kekuatan yang diperlukan jika engkau menegakkan Firman-Nya dalam rumah tanggamu.

Ketika dua anak laki-laki di Colorado yang membunuh teman-teman sekelas mereka lalu membunuh diri mereka sendiri, saya bertanya-tanya: di manakah orang tua mereka? Kedua anak itu membuat bom-bom pipa di dalam garasi rumah mereka. Dan kamar tidur mereka penuh dengan barang-barang yang menunjukkan apa yang akan mereka lakukan: materi-materi mengenai kebencian, catatan berisi kata-kata ancaman, mantel-mantel dan topi-topi berwarna hitam. Tidakkah ayah mereka sewaktu-waktu datang mengecek mereka? Apakah ibu mereka tidak pernah masuk ke kamar mereka untuk membersihkannya, dan melihat barang-barang yang berbau kejahatan itu? Rupanya, tidak ada penjaga di pintu rumah tangga mereka.

Hari-hari ini, setiap kali saya melihat remaja-remaja yang lidahnya bertindik, mengenakan lambang-lambang setan, dan dengan dandanan rambut yang bentuknya seperti duri, saya mengenali bahwa ini hanyalah gejala-gejalanya. Anak-anak tersebut seolah-olah menjerit, "Ayah, ibu kalian telah mengabaikan saya. Kalian terlalu sibuk bahkan kalian tidak menyadari kalau saya hidup dan ada di sini."

Suatu hari nanti kita semua akan berdiri di hadapan takhta penghakiman Allah dan memberikan jawaban kepada Tuhan tentang bagaimana kita membesarkan anak-anak kita. Dan pada saat itu, tidak ada seorang pun yang bisa berdalih atau menyalahkan orang lain. Maka dari itu, kita harus memeriksa diri kita sendiri saat ini dan bertanya: apakah kita telah membesarkan anak-anak kita dalam kesadaran dan takut akan Tuhan? Apakah kita telah memberi contoh kepada mereka tentang hidup yang penuh kasih dan hormat akan Allah?

Saya masih ingat ketika saya sedang bermain di luar rumah sewaktu saya masih kecil dan mendengar ibu saya mendoakan saya dari lantai tiga rumah kami. Ibu saya merupakan contoh yang tetap jelas dalam ingatan saya. Di kemudian hari, ketika Gwen dan saya membesarkan anak-anak kami, kami juga melakukan hal yang sama, yaitu mendoakan anak-anak kami menurut Kitab Mazmur, "Tuhan, jadikanlah putra-putra kami seperti pohon-pohon oak di sisi air kehidupan. Dan jadikanlah putri-putri kami seperti batu-batu pahatan yang halus di istana-Mu. Jauhkanlah mereka semua dari segala tipu muslihat yang jahat."

Setiap orang tua Kristen mempunyai harapan yang besar atas anaknya. Hal ini selalu saya lihat di dalam jemaat kami, ketika para orang tua datang menyerahkan anak-anaknya kepada Tuhan. Para pendeta di gereja kami berdoa memohon kasih dan perlindungan Allah bagi anak-anak kecil ini. Kemudian kami mengurapi mereka dengan minyak dan meminta Roh Kudus untuk menaruh tembok api perlindungan di sekeliling mereka.

Tetapi kadang-kadang saya bertanya-tanya: dari antara anak-anak yang berharga ini berapakah yang akhirnya akan jatuh ke dalam cengkeraman iblis, terlibat obat bius dan tindakan kriminal sebab ayah dan ibu mereka bersikap ceroboh mengenai kehidupan rohani dalam rumah tangga mereka? Apakah anak-anak itu akan berakhir dalam kehancuran sebab orang tua mereka terkungkung oleh masalah-masalah mereka sendiri dan tidak pernah memperhatikan atau mendisiplinkan mereka dengan sepatutnya?

Barangkali engkau adalah orang tua yang pedih hatinya sebab anak laki-laki atau perempuanmu yang telah dewasa tidak lagi mengiring Tuhan. Atau barangkali hatimu sedang remuk karena anakmu yang bungsu kecanduan obat bius atau minuman keras. Engkau telah melihat anak yang tadinya lemah lembut berubah menjadi pahit, keras, dan tersesat.

Saya tidak sedang menyalahkan siapapun. Tidak ada seorang manusia pun yang dapat mengubah masa lalunya. Tetapi saya mempunyai satu pertanyaan. Ketika engkau mengenang masa-masa membesarkan anak-anakmu, tanyalahlah kepada dirimu : apakah engkau telah sungguh-sungguh menjaga rumah tanggamu ? Apakah engkau membungkus anak-anakmu dalam doa setiap hari? Ataukah engkau sudah menjadi terlalu sibuk untuk mengejar segala keperluan hidupmu serta menangani berbagai persoalanmu sendiri? Apakah engkau mengijinkan anak-anakmu untuk mengintimidasimu ?

Sekarang semuanya itu telah masa lalu. Tetapi masih ada sesuatu yang dapat engkau lakukan: panggilan sebagai seorang peronda yang berdoa dengan tekun demi keselamatan anak-anakmu tadi, masih tetap ada padamu. Ini adalah kebenaran, engkau dapat mengganti apa yang mungkin telah hilang di masa lalu dengan doa-doamu pada saat ini. Engkau dapat mencari hadirat Allah, dan meminta perlindungan untuk orang-orang yang engkau kasihi melalui doa, dan meminta agar Roh Kudus menyadarkan segala kesalahan mereka saat ini dan membawa mereka datang ke kayu salib Kristus.

Namun, saya harus memberitahukanmu, jika anak-anakmu telah murtad atau masih belum selamat, janganlah mengkhotbahi mereka. Cukup doakan saja mereka. Engaku tidak dapat mengajak seseorang datang ke Kerajaan Allah dengan cara mengusik orang itu. Banyak pecandu obat bius yang memberitahu saya, "Telinga saya masih berdenging gara-gara mendengar teriakan ibu saya. Saya dapat mendengarnya dari ujung jalan."

Sesungguhnya, membentak-bentak, memarahi dan mengomel sangatlah tidak efektif, sebab semua kuasa ada pada Roh Kudus. Maka dari itu, dapatkanlah wibawa melalui rasa hormatmu sendiri pada Allah dan FirmanNya. Biarlah siapapun ketika berjalan memasuki ambang pintu rumahmu atau berbicara denganmu, mereka dengan sendirinya akan merasakan otoritas Allah ada dalam rumahmu dan dirimu pada saat itu juga. Dan sampai anak-anakmu bertumbuh dewasa, engkau adalah wali yang berwenang dan berhak untuk mengeluarkan peraturan-peraturan atas hidup mereka dalam kasih Kristus.

Kitab Suci dengan jelas mengatakan bahwa jika engaku membesarkan anak-anakmu dalam naungan kuasa Firman Allah, mereka tidak akan beranjak dari didikan itu di kemudian hari. Mungkin mereka akan menyimpang darinya untuk beberapa waktu, bahkan sampai bertahun-tahun tetapi pada akhirnya, kuasa Firman Allah akan membawa mereka kembali kepada kebenaran.

Alkitab Menawarkan Kata-kata Pengharapan bagi Semua Orang Tua yang Berduka Oleh Karena Anak yang Murtad

Inilah janji perjanjian Allah yang harus dihafalkan oleh setiap orang tua. Ini berlaku baik untuk anak-anak yang telah terhilang maupun untuk anak-anak yang masih berada dalam tanggung jawabmu saat ini,

"Tetapi sekarang, dengarlah, hai Yakub, hambaKu, dan hai Israel, yang telah Kupilih! Beginilah firman Tuhan yang menjadikan engkau, yang membentuk engkau sejak dari kandungan dan yang menolong engkau: Janganlah takut, hai hambaKu Yakub, dan hai Yesyurun, yang telah Kupilih!

"Sebab Aku akan mencurahkan air ke atas tanah [kepada orang, terjemahan Alkitab bahasa Inggris versi King James, penerjemah] yang haus, dan hujan lebat [banjir, terjemahan Alkitab bahasa Inggris versi King James, penerjemah] ke atas tempat yang kering. Aku akan mencurahkan RohKu ke atas keturunanmu, dan berkatKu ke atas anak cucumu. Mereka akan tumbuh seperti rumput di tengah-tengah air, seperti pohon-pohon gandarusa di tepi sungai" (Yesaya 44:1-4).

Janji yang diperuntukkan bagi bangsa Israel ini juga ditujukan bagi kita saat ini. Kata-kata penghiburan ini diberikan bagi semua orang yang terpilih (lihat ayat 1)yang berarti, semua orang yang berada di dalam Kristus.

Tuhan mulai dengan berfirman kepada kita di dalam ayat 1-2, "Akulah Tuhan yang menciptakanmu, dan Aku mengerti kepedihan hatimu. Aku akan menolongmu sekarang. Janganlah kamu takut." Kata Yesyurun dalam ayat ini berarti orang yang benar. Dengan kata lain, Allah memberikan janji-janji ini bagi umat-Nya yang benar, janji-janji perjanjian yang mulia dan mengikat. Janji-janji ini adalah:

Allah akan memberikan air untuk memuaskan dahaga kita: "Aku akan mencurahkan air kepada mereka yang haus, dan banjir ke atas tempat yang kering" (ayat 3). Apakah Tuhan telah memberikan firman-Nya yang memuaskan dahagamu ? Apakah Ia telah melawat engkau di tengah kehidupan rohanimu yang sedang kering dan membanjirimu dengan Roh-Nya? Apakah engkau sedang minum air firman-Nya yang murni?

Jika demikian, maka engkau siap untuk menagih janji perjanjian-Nya yang lain:

"Aku akan mencurahkan RohKu ke atas keturunanmu, dan berkatKu ke atas anak cucumu. Mereka akan tumbuh seperti rumput di tengah-tengah air, seperti pohon-pohon gandarusa di tepi sungai" (ayat 3-4).

Seperti mungkin engkau ketahui, pohon gandarusa tumbuh dengan cepatnya dan juga cepat berkembang biak. Sering kita lihat mereka tumbuh di tepi sungai atau di tempat yang berair. Allah mengatakan di sini, "Oleh karena kamu adalah umat pilihan-Ku, Aku akan mencurahkan Roh-Ku ke atas anak-anakmu. Aku akan membuat mereka tumbuh tinggi dan kuat di dalam Tuhan."

Sementara engkau membaca berulang kali ayat-ayat ini, saya ingin mendorongmu untuk menyebut nama anakmu yang terhilang. Tagihlah janji Allah kepadamu dengan berdoa seperti ini, "Tuhan, Engkau berkata bahwa Engkau akan mencurahkan Roh-Mu ke atas anakku. Sekarang, Tuhan, berkatilah (sebutkan nama anakmu), anakku. Curahkanlah Roh-Mu ke atas anakku. Buatlah mereka haus akan air kehidupan-Mu."

Akhirnya, Allah berkata bahwa anak-anakmu akan bersaksi, "Aku kepunyaan Tuhan" (ayat 5). Sungguh suatu janji yang luar biasa.

Tetapi janji-janji ini bukanlah bagi orang yang cuma berkata, "Saya milik Kristus." Janji-janji ini hanyalah bagi orang tua yang lapar dan haus, yaitu mereka yang menyantap firman Allah setiap hari, berdoa dengan teratur, dan meminta Roh Kudus untuk mencurahkan kuasa dan hadirat-Nya kepada mereka.

Jika semuanya itu menggambarkan dirimu, mintalah janji-janji Allah ini. Akuilah bahwa janji-janji ini adalah milikmu, dan dalam doa-doamu, mintalah Tuhan untuk menepatinya. Kemudian mintalah selalu perlindungan bagi keluargamu dalam doa dan saksikanlah bagaimana musuh-musuh melarikan diri dari dalam kehidupanmu dan keluargamu.


Minggu, 04 Maret 2012

100 Truths About Jesus


  1. Jesus claimed to be God - John 8:24; 8:56-59 (see Exodus 3:14); John 10:30-33
  2. Jesus is called God - John 1:1,14; 20:28; Col. 2:9; Titus 2:13; Heb. 1:8
  3. Jesus is the image of the invisible God - Heb. 1:3
  4. Jesus abides forever - Heb. 7:24
  5. Jesus created all things - John 1:1-3; Col. 1:15-17
  6. Jesus is before all things - John 1:1-3; Col. 1:17;
  7. Jesus is eternal - John 1:1,14; 8:58; Micah 5:1-2
  8. Jesus is honored the same as the Father - John 5:23
  9. Jesus is prayed to - Acts 7:55-60; 1 Cor. 1:2 with Psalm 116:41; (John 14:14)
  10. Jesus is worshipped - Matt. 2:2,11; 14:33; John 9:35-38; Heb. 1:6
  11. Jesus is omnipresent - Matt. 18:20; 28:20
  12. Jesus is with us always - Matt. 28:20
  13. Jesus is our only mediator between God and ourselves - 1 Tim. 2:5
  14. Jesus is the guarantee of a better covenant - Heb. 7:22; 8:6
  15. Jesus said, "I AM the Bread of Life" - John 6:35,41,48,51
  16. Jesus said, "I AM the Door" - John 10:7,9
  17. Jesus said, "I AM the Good Shepherd" - John 10:11,14
  18. Jesus said, "I AM the Way the Truth and The Life" - John 14:6
  19. Jesus said, "I AM the Light of the world" - John 8:12; 9:5; 12:46; Luke 2:32
  20. Jesus said, "I AM the True Vine" - John 15:1,5
  21. Jesus said, "I AM the Resurrection and the Life" - John 11:25
  22. Jesus said, "I AM the First and the Last" - Rev. 1:17; 2:8; 22:13
  23. Jesus always lives to make intercession for us - Heb. 7:25
  24. Jesus cleanses from sin - 1 John 1:9
  25. Jesus cleanses us from our sins by His blood - Rev. 1:5; Rom. 5:9
  26. Jesus forgives sins - Matt. 9:1-7; Luke 5:20; 7:48
  27. Jesus saves forever - Matt. 18:11; John 10:28; Heb. 7:25
  28. Jesus discloses Himself to us - John 14:21
  29. Jesus draws all men to Himself - John 12:32
  30. Jesus gives eternal life - John 10:28; 5:40
  31. Jesus resurrects - John 5:39; 6:40,44,54; 11:25-26
  32. Jesus gives joy - John 15:11
  33. Jesus gives peace - John 14:27
  34. Jesus has all authority - Matt. 28:18; John 5:26-27; 17:2; 3:35
  35. Jesus judges - John 5:22,27
  36. Jesus knows all men - John 16:30; John 21:17
  37. Jesus opens the mind to understand scripture - Luke 24:45
  38. Jesus received honor and glory from the Father - 1 Pet. 1:17
  39. Jesus reveals grace and truth - John 1:17 see John 6:45
  40. Jesus reveals the Father - Matt. 11:27; Luke 10:22
  41. Jesus bears witness of Himself - John 8:18; 14:6
  42. Jesus' works bear witness of Himself - John 5:36; 10:25
  43. The Father bears witness of Jesus - John 5:37; 8:18; 1 John 5:9
  44. The Holy Spirit bears witness of Jesus - John 15:26
  45. The multitudes bear witness of Jesus - John 12:17
  46. The Prophets bear witness of Jesus - Acts 10:43
  47. The Scriptures bear witness of Jesus - John 5:39
  48. The Father will honor us if we serve Jesus - John 12:26 see Col. 3:24
  49. The Father wants us to fellowship with Jesus - 1 Cor. 1:9
  50. The Father tells us to listen to Jesus - Luke 9:35; Matt. 17:5
  51. Everyone who's heard & learned from the Father comes to Jesus - John 6:45
  52. We come to Jesus - John 5:50; 6:35,37,45,65; 7:37;
  53. The Father draws us to Jesus - John 6:44
  54. The Law leads us to Christ - Gal. 3:24
  55. Jesus is the Rock - 1 Cor. 10:4
  56. Jesus is the Savior - John 4:42; 1 John 4:14
  57. Jesus is the King - Matt. 2:1-6; Luke 23:3
  58. In Jesus are the treasures of wisdom and knowledge - Col. 2:2-3
  59. In Jesus we have been made complete Col. 2:10
  60. Jesus indwells us - Col. 1:27
  61. Jesus sanctifies - Heb. 2:11
  62. Jesus loves - Eph. 5:25
  63. We sin against Jesus - 1 Cor. 8:12
  64. We receive Jesus - John 1:12; Col. 2:6
  65. Jesus makes many righteous - Rom. 5:19
  66. Jesus sends the Holy Spirit - John 15:26
  67. Jesus offered up Himself - Heb. 7:27; 9:14
  68. Jesus offered one sacrifice for sins for all time - Heb. 10:12
  69. The Son of God has given us understanding - 1 John 5:20
  70. Jesus is the author and perfector of our faith - Heb. 12:2
  71. Jesus is the Apostle and High Priest of our confession - Heb. 1:3
  72. Jesus is preparing a place for us in heaven - John 14:1-4
  73. Jesus is the Light of the world - Rom. 9:5
  74. Jesus has explained the Father - John 1:18
  75. Jesus was crucified because of weakness - 2 Cor. 13:4
  76. Jesus has overcome the world - John 16:33
  77. Truth is in Jesus - Eph. 4:21
  78. The fruit of righteousness comes through Jesus Christ - Phil. 1:11
  79. Jesus delivers us from the wrath to come - 1 Thess. 1:10
  80. Disciples bear witness of Jesus Christ - John 15:27
  81. Jesus died for us - 1 Thess. 5:10
  82. Jesus died and rose again - 1 Thess. 4:14
  83. Jesus was a ransom for many - Matt. 20:28
  84. The Christian dead have fallen asleep in Jesus - 1 Thess. 4:15
  85. Jesus rendered the devil powerless - Heb. 2:14
  86. Jesus is able to save completely - Heb. 7:25
  87. Jesus came to serve - Matt. 20:28
  88. Jesus came to be a high priest - Heb. 2:17
  89. Jesus came to save - John 3:17; Luke 19:10
  90. Jesus came to preach the kingdom of God - Luke 4:43
  91. Jesus came to bring division - Luke 12:51
  92. Jesus came to do the will of the Father - John 6:38
  93. Jesus came to give the Father's words - John 17:8
  94. Jesus came to testify to the truth - John 18:37
  95. Jesus came to set us free from the Law - Rom. 8:2
  96. Jesus came to die and destroy Satan's power - Heb. 2:14
  97. Jesus came to fulfill the Law and the Prophets - Matt. 5:17
  98. Jesus came to give life - John 10:10,28
  99. Jesus came to taste death for everyone - Heb. 2:9
  100. Jesus came to proclaim freedom for believers - Luke 4:18

WebRepPredikat secara keseluruhan